Monday, December 31, 2018

"Bersama" kesulitan pasti ada kemudahan


Gue mau cerita sedikit pengalaman gue waktu gue tiba-tiba dapet rejeki untuk mengajar les disalah satu bimbel. Gue ditawarin untuk ngajar les IPA kelas 5 SD. Gue sangat bersyukur atas apa yang Allah berikan. Dulu gue sempet berfikir dan berkata dalam hati saat gue sekolah, seandainya gue bisa memahami suatu bidang ilmu pengetahuan, gue pengen menyampaikan ilmu dengan cara gue sendiri. Entah itu seperti apa penyampaiannya, yang jelas gue punya ide cemerlang untuk menyampaikan sebuah ilmu agar dapat mudah diterima oleh orang.

Tanpa sadar, Allah mendengar apa kata hati kecil gue, gue ditawarin menjadi guru les!
Gue dulu SMA jurusan IPA, tapi bodo guys! Iya goblok! Gapernah belajar, bawaanya ngantuk terus. Berangkat sekolah yang penting absen, belajarnya gapernah bener. Gapernah masuk ke otak! Pokoknya males banget! Kalo ujian juga nyontek. Masuk kelas IPA hanya untuk dipandang keren aja. Maklumlah dulu masanya remaja selalu ingin dianggap orang kalo kita keren.

Nah, singkat cerita, hari pertama gue ngajar, seminggu sebelumnya ibu yang megang bimbel ini bilang, “minggu depan murid SD kelas 5 kamu OSN, siapkan materi ini (14 materi IPA SD kelas 5) beserta soal-soalnya.” “SIap, bu” jawab saya via Whatsapp.

Selama satu minggu gue persiapkan materi dan soal, sampai satu hari sebelum hari pertama gue ngajar, gue menyerah!. Ternyata target 14 materi yang gue siapin nggak sampe. Maksudnya cuma siap 4 materi beserta soal aja dari 14 materi. Mampus kan gue!

Lalu gue dateng aja tuh ke tempat bimbel, dan bicara ke ibu yang punya bimbelnya, “bu, kayaknya saya nggabisa, soalnya materi yang saya siapkan tidak sampai 14 materi. Tapi saya akan segera carikan guru les baru.” “Wah, ya nggabisa begitu dong, ini udah tinggal besok kamu ngajar, tapi kamu mengundurkan diri begitu aja, nanti saya bilang ke orang tua muridnya gimana?” “saya carikan guru baru, saya punya temen kuliah di UPI, dia jurusan Pendidikan Kimia, bu” “sok coba, saya tunggu ya.” “oke siap, bu”

Gue langsung ngehubungin temen gue yang kuliah di UPI itu. Kebetulan temen komplek dekat masjid. Yaa walaupun belum berteman lama, rasa percaya gue ke dia tinggi untuk menggantikan gue jadi guru les di tempat bimbel tersebut.

Pas ketemu lalu ngobrol, dia berkata siap, sih. Tapi ada tapinya. Dia bingung mau menyampaikan topik OSN nya darimana. Malah justru dia minta gue nemenin ngajar. Kata gue dalam hati, gue makin mampus dah!

Setelah berbincang cukup lama, gue pikir-pikir lagi.. dan akhirnya gue putusin semuanya biar gue yang tanggung jawab.

Gue inget pas baca buku Terapi Berfikir Positif, ada  3 kekuatan hidup yaitu; memilih, memutuskan dan bertanggung jawab. Nah gue mau gamau harus percaya 3 kekuatan itu dalam buku tersebut. Dan gue coba yakinin walaupun yaa agak gemeteran.
Gue balik lagi ke tempat les, bicara pada ibu, “bu, biar saya aja yang ngajar, tenang aja urusan 14 materinya, saya siap!” “oh iya okesip, ibu tunggu besok yaa..”


Keesokan harinya, gue ngajar jam 2 siang. Datah durasi ngajar nya dua jam. Jadi sampe jam 4an. BISMILLAHKEUN! Gue ngajar seperti biasa, karena materinya banyak banget, si murid minta jam tambahan belajar. Gue ngajar sampe jam 6 maghrib coy, gila. 14 materi kekejar? Ya kagalah! Gue ngajar dengan car ague sendiri, 14 materi gue rangkum, dengan kata bismillah alhasil ngajar gue di hari pertama, sukses besar!!!

Rasanya aneh, kok begitu mudahnya gue ngajar di hari pertama yang sebenernya gue ngga mampu, sulit dipercaya, dan bahkan penuh kekhawatiran. Tapi inilah hukum Tuhan yang aktif.

Didalam kitab suci Al-Qur’an, surat Al-Insyirah, surat ke 94 ayat 5-6 yang artinya “Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan,” (5) “Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan” (6)

Kali ini gue mengerti, Iman kepada Kitab Allah itu harus dipercayai sepenuhnya lewat tindakan. Ya walaupun kadang agak sulit dipercaya, karena bantuan Allah datang tidak cepat kecuali ada usaha terelebih dahulu.

Ilmu yang gue dapat, arti iman adalah, diyakini dalam hati, diucapkan dalam lisa, dan diamalkan dalam perbuatan.

Allah ngga bilang "setelah" kesulitan ada kemudahan, tapi "bersama" kesulitan pasti ada kemudahan.



Man Jadda Wajada

Monday, November 12, 2018

Energi

Apa itu energi? Dari mana sumber energi? Bagaimana energi berfungsi dalam kehidupan kita? Lalu apakah energi dapat berubah bentuk?

Nah, energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja atau membuat sesuatu terjadi. Energi memiliki banyak bentuk. Ada energi gerak, panas, cahaya, suara, kimia, dan radioaktivitas. Kita tidak mungkin hidup tanpa energi. Tanpa energi, tidak akan ada yang bergerak karena gerakan memperlihatkan adanya energi.

Adapun sumber-sumber energi diantaranya minyak bumi, gas, batubara, matahari, air, dan angin. Makananpun merupakan energi. Makanan memiliki energi kimia. Matahari menghasilkan energi cahaya dan panas.
Minyak bumi merupakan sumber energi yang hingga kini paling banyak digunakan. Minyak bumi biasa diolah menjadi bensin untuk bahan bakar kendaraan. Minyak bumi, bersama-sama dengan gas, biasanya digunakan dirumah tangga untuk bahan bakar kompor. Batu bara biasa digunakan untuk keperluan Industri.

Energi dapat berubah bentuk, energi itu sangat unik. Energi dapat diubah menjadi bentuk energi lain. Energi panas dapat diubah menjadi energi listrik. Energi listrik dapat diubah menajdi energi gerak. Energi gerak dapat diubah menjadi energi listrik.

Kadang, kita menggunakan energi secara langsung. Misalnya energi panas dari matahari untuk menjemur pakaian atau energi panas dari minyak tanah untuk memasak. Namun, seringkali juga kita membutuhkan energi secara tidak langsung. Misalnya, panas batu bara diubah menjadi energi listrik. Dalam bentuk listrik, energi dapat dengan mudah disalurkan lewat kabel. Energi listrik dapat digunakan untuk menyalakan TV, radio, dan peralatan eletronik lainnya.

Perubahan bentuk energi ini selain buatan, juga terjadi secara alami. Misalnya, proses yang terjadi dalam penglihatan kita. Kita bergantung pada energi cahaya untuk dapat melihat. Energi cahaya diubah dimata kita menjadi energi listrik pada sel saraf kita. Energi listrik tersebut kemudian menuju ke otak yang memungkinkan kita untuk membangun gambar di sekeliling kita. Begitupun seterusnya dalam semua panca indera kita membutuhkan energi.

Disini aku punya opini atau sudut pandangku, yaitu tentang penggunaan panca indera kita yang ada di wajah khususnya.
Ketika kita mendengar sesuatu, energi bunyi masuk kedalam telinga dan berubah menjadi energi listrik melalui saraf menuju otak dan merekamnya.
Ketika kita bebicara sesuatu, energi yang kita keluarkan adalah energi bunyi juga dari hasil energi listrik yang berasal dari otak melalui saraf menuju kotak suara.

Jadi, ini yang menjadi permasalahan pada diri kita, kenapa kita selalu salah langkah untuk menggapai impian atau cita-cita? atau bahkan sudah mempunyai target hidup tertentu yang sudah ter-scedule sedemikian rupa dan berusaha semaksimal mungkin untuk bisa tercapai namun hasilnya nihil?
Jawbannya kita terlalu buang energi. Sesuatu yang kita lihat dan kita dengar, itu akan direkam oleh otak melalui energi listrik via saraf yang akan membentuk sebuah folder. Jika folder tersebut tersimpan dalam memori otak yang hebat ini dengan file-file negatif, maka hasilnya akan negatif.
Ini masuk kedalam hukum sebab akibat dan hukum tanam tuai. Sesuatu yang berakibat, pasti ada penyebabnya. Sesuatu yang kita tanam, itulah yang kita tuai. Dan yang jelas berbanding lurus.

Pertanyaanya, apakah kita sudah benar-benar fokus terhadap target tujuan hidup?
Berhati-hatilah dalam melihat dan mendengar sesuatu, terutama dalam hal bicara. Terlebih lagi tindakan. Sebelum bertindak dan memilih sebuah pilihan, isi dalam otak harus berenergi positif. Sehingga tindakannya juga positif.
Otak butuh nutrisi positif, butuh energi positif untuk menciptakan action yang tepat dan kuat.
Jangan buang energi hanya untuk mengkritik, mencela dan membanding-bandingkan. Energimu bukan untuk itu. Sehingga kita sering gagal fokus terhadap tujuan kita.

Ini masuk kedalam surat Al-Hujurat 49 : 12 dan surat Al-Zalzalah 99 : 7-8. Bahwasanya jangan banyak prasangka (pikiran negatif, sibuk mencela, mengkritik, dan membandung-bandingkan) dan berbuat sesuatu kebaikan maka hasilnya kebaikan begitupun sebaliknya (hukum sebab akibat & tanam tuai).

Untuk bersinergi dengan Dunia, kita harus buat energi yang mempunyai dunia, yaitu Allah SWT. Untuk bisa bersinergi dengan Dunia, kita harus tanamkan energi positif dan berdialog dengan tenang lewat ibadah dan berdoa.
Sesungguhnya Allah pemilik segala Dunia Akhirat dan seisinya. Pengatur, dan Bijaksana atas segala urusan.

*Selamat berjuang Sholat Shubuh dan Qoblyah Shubuh. Nabi Muhammad SAW bersabda : "Sesungguhnya dua rokaat sebelum shubuh lebih baik Dunia Akhirat dan seisinya" [HR. Muslim : 725]

Wallahua'lamubisshowab..

Inspirasi

Kamis, 8 November 2018 di Unpad Dipatiukur.

Pagi, jam 10, ontheway dari cibiru, sampai Dipatiukur jam 11 lebih 15 menit. Nunggu di depan Gedung Knowledge Center.


Nunggu sampai satu jam.......


Sambil nunggu satu jam, cerita dulu ah....

Pas perjalan ke unpad, saya teringat jaman waktu berjuang untuk masuk Perguruan Tinggi Negeri. Salah satu nya daftar ke Unpad PSDKU (Program Studi Di Luar Kampus Utama) Pangandaran. Disitu ada FAPET (Fakultas Peternakan) yang katanya fakultas tertua di Unpad,  FIKOM (Fakultas Ilmu Komunikasi), FISIP (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik), Fakultas Ilmu Kelautan dan Ilmu Perikanan, dan Keperawatan. Saya ambil FAPET waktu itu, ngobrol banyak tentang FAPET sama Ega, tetangga saya.

Ega adalah teman SD saya, dia kaka kelas saya. SMP dan SMA nya misah. Dulu waktu SD sering main bareng. Main jaman anak kecil mulai dari main gambar, petak umpet, polisi-maling, kelereng, layangan, dan engklekan.

Sejak SMP jauh komunikasi dan silaturahmi, sampai kabarnya dia kuliah di Unpad adalah suatu perbandingan orang tua saya kepada saya untuk bisa melanjutkan kuliah di Unpad.
Perbandingan orangtua saya dengan ega berlanjut dengan kepribadian ega yang biasa-biasa aja alias ngga neko-neko. Soalnya saya dulu orang yang banyak neko-neko atau macem-macem. Selalu melakukan hal yang berlebihan dan tidak penting.

Pada saat perjuangan masuk PTN, saya mikirnya berubah, perbandingan ini semata-mata supaya saya semangat  berjuang untuk bisa masuk PTN. Ya, untuk membanggakan kedua orang tua saya.

Kita memang jarang banget komunikasi, apalagi bertemu. Tapi selalu bangga punya tetangga yang anaknya ngga neko-neko kuliahnya di Unpad. Yang rata-rata, tokoh-tokoh terkenal lulusan Unpad. Terlebih para artis.

Perjuangan saya kandas, gagal berkali-kali yang akhirnya saya tetap bisa kuliah walaupun di swasta. Berat hati orang tua saya masuk kuliah swasta. Tetapi orang tua saya tetap memaksakan saya untuk bisa kuliah agar bisa menggantikan peran bapak saya yang sebentar lagi pensiun.

Saya sadar, saya banyak belajar dari kegagalan-kegagalan yang terjadi pada saya, hikmah yang diambil dari semua ini bahwasanya saya bisa sabar dan ikhlas menjalankan hidup, dan hidup tidak selamanya selalu terpaku dengan apa yang kita inginkan dan impikan. Namun disini nilai Tuhan saya miliki atas kehendak-Nya untuk bisa mendekatkan diri kepada-Nya.

Nah, udah nunggu satu jam lebih.. Akhirnya nongol tuh rombongan FAPERTA (Fakultas Pertanian) dengan sorak sorainya selebrasi atas para wisudawan. Paling meriah dan paling heboh. Gila senengnya gue pada saat itu













Entah kenpa saya seneng banget dan bahagia, plus terharu juga. Sampe-sampe lupa makan. Saya bangga sama teman satu perumahan, satu geng permainan anak kecil dulu, dan bangga kalo dulu juga menjadi perbandingan. Alhamdulillah saya bersyukur saya bisa kuliah. Banyak juga, sih, diluar sana yang nggak kuliah. Bahkan ada juga yang sekolah berjalan kaki berkilo-kilo meter. Apapun yang terjadi pada saya sekarang, itu nggak penting. Yang penting adalah sikap saya terhadap apa yang bakal terjadi pada saya.

Terimakasih, ga. Saya merasakan inspirasi dari sampeyan secara ghoib. Tanpa komunikasi, tanpa silaturahmi sebelumnya, saya sempatkan  datang, dan membawakan bunga hanya untuk merayakan moment kebahagiaan acara wisuda teman inspirasiku. 

Selamat dan Sukses dulurku Ega Apriliana, S.P. Semoga engkau bisa mengemban amanah sarjanamu untuk diamalkan di dunia dan akhirat.



Ada juga moment foto bersama keluarganya :D



Monday, October 29, 2018

Ujian

Saat semuanya sedang baik-baik aja. Tidak ada masalah, tidak ada gangguan. Overall it's oke. Ujianpun tidak aja kecuali ada ujian tengah semester satu minggu lagi.

Alhamdulillah, puji syukur atas semua nikmat Allah yang telah diberikan. Akupun tak berhenti berdoa, terutama di waktu-waktu doa yang mustajab.

Aku berdoa kepada Allah, "YaAllah, ampunilah dosa-dosaku, ampunilah segala kesalahan dan dosaku, semoga aku termasuk hamba yang pandai bersyukur dan memohon ampun, aamiin."

Tiba-tiba ujian tak dipredikis datang. Datang sangat cepat, cepat sekali lupa dan seakan-akan hilang ingatan disementara waktu.

Pagi, setelah beberes masjid, aku berangkat ngampus dengan penuh semangat, karena aku bersyukur setiap hari ada yang bisa aku lakukan, terutama melakukan hal yang bermanfaat.

Ditengah perjalanan rasanya kok kaya ngantuk, cape gitu. Kebiasaan kalo lagi nyetir motor pasti pikiran yang ngelantur kemana-mana. Yang tadinya mikir semangat dan penuh gairah, seketika ngantuk berat.

Nyampe kampus aku tidur sebentar sambil menunggu jam masuk kuliah, yaitu jam 7.

Bangun bangun cek handphone, notif grup kelas, ternyata dosen ngga masuk. Akhirnya lanjut aja tidur di sekre DKM kampus.

Bangun-bangun jam 10, ngecek kunci motor ngga ada. Dicari kemana mana ngga ada. Pusing nih, bahaya nih, gimana ini mau sholat dhuha jadi ngga tenang gini gara-gara kunci motor hilang.

Istighfar...

Ambil air wudhu, pergi kemasjid, lalu sholat 4 rokaat, dan berdoa, "yaAllah, ampunilah dosa-dosaku, mungkin ini adalah ujian yang dimana hamba harus terus sabar didalam keadaan baik-baik saja sekalipun. Ampuni yaAllah, ampuni hamba."

Aku berdoa karena aku langsung berprasangka terhadap diriku sendiri. Aku pasti banyak dosa sampe mendapatkan ujian yang mungkin agak berat bagiku. Walaupun motor hanyalah sebagian materi yang ngga akan ditinggal mati.

Aku hanya pasrah kepada Allah, aku serahkan semuanya ini kepada Allah. Aku yakin, Allah ngga akan jahat kepadaku, ngga akan menguji hambanya lebih dari kemampuanya. Akupun yakin, Allah maha Bijaksana, maha Perkasa, maha Adil, maha skenario yang baik.

Mungkin ini semata-mata hanya ingin aku berada di jalan-Nya. Yaitu terus sabar dalam menjalankan hidup.

Karena, nilai sabar adalah nilai yang harus manusia tanamkan agar bisa sampai kepada-Nya di akhirat nanti.

Ujian disini mengajarkan kita bahwa, dalam keadaan baik-baik sajapun kita pasti mendapatkan ujian.

Ujian ini bukan semata-mata kita sudah melewati beberapa ujian yang begitu banyak sehingga kita dianggap sudah sukses melewati ujian-ujian hidup. Tetapi ujian disini adalah ujian yang selalu datang terhadap hamba yang ingin selalu meningkatkan Iman dan Taqwa nya agar mendapatkan cinta dari sang maha Pencipta.

Aku bersyukur, aku mendapatkan ujian dari Allah, berarti Allah memperhatikan kehidupanku. Mungkin kehidupanku masih kurang sabar untuk menghadapi orang atau lingkungan.

Terimakasih yaAllah, apapun itu semoga menjadi keberkahan hidupku. Agar hidupku bisa selamat dunia dan akhirat, aamiinn.

Friday, October 26, 2018

Motivasi disela jam kuliah.


Dimata kuliah kewirausahaan, aku selalu mendapatkan motivasi dari dosen dan selalu memunculkan semangat dalam diriku untuk melakukan sesuatu. Yaa walaupun aku masih bingung kalo aku bakal mau jadi apa, setidaknya aku punya keyakinan bahwa aku bisa melakukan sesuatu yang datang dari ide-ideku. Seperti menuliskan ini di sela-sela waktu jam kuliah.

Aku suka bercerita ke teman-teman, guru, orangtua. Aku juga senang menuliskan sebuah ceritaku yang disajikan penuh dengan nilai kehidupan yang luhur. Serta bisa memotivasi orang lain yang membaca atau mendengarkannya. 

Karena kehidupan adalah sebuah perjalanan. Perjalanan yang harus di isi dengan nilai-nilai luhur dengan pendidkan agama.

Aku selalu saja mengeluh dengan keadaanku saat ini. Yaitu kuliah. Aku banyak mencela, mengkritik, dan membanding-bandingkan. Karena aku tidak sedang berjalan pada kehidupan yang aku suka. Tapi aku selalu menemukan hal positif dari semua ketidaksukaanku. Jadi aku tetap jalani kuliah ini dengan ketidaksukaanku.

Yang penting adalah sikap. Lingkungan mau bagaimanapun pasti ada sisi negatifnya. Jangankan lingkungan, manusia sebaik apapun juga pasti bisa salah dan melakukan hal negatif. Sikap kita untuk menghadapi semua inilah yang membawakan diri kita untuk tumbuh, terus belajar dari ketidaktahuan dan ketidakpahaman.

Intinya harus sabar dan ikhlas.

Karena sejatinya hidup itu harus sabar dan ikhlas. Hidup yang sukses adalah menjalankan hidup yang dinilai dari ketepatan menempatkan  diri kita terhadap Tuhan.


Ada quotes yang sering aku ingat ketika lupa kalo aku sedang mengeluh. Dikutip dari sebuah buku Terapi Berfikir Positif karya Dr. Ibrahim Elfiky sang Maestro Motivator Muslim Dunia, Dr. Robert Shculer berkata, “Apapun yang terjadi pada Anda itu tidak penting. Yang penting adalah apa yang Anda lakukan terhadap apa yang terjadi pada Anda.”

Untuk Anak dan Cucu


Nak, dijamanku ini jaman digital. Jaman yang serba mudah, praktis, instan. Tinggal make jari udah jadi apa aja. Mau makan, make jari. Mau pergi pake jari, tinggal dijemput. Mau belanja, make jari. Mau tau berita cepat tinggal klik sini klik situ. Sangat mudah, nggak susah payah. Nggak seperti jaman bapakku (kakek) dulu. Dulu nyetrika aja make arang, bukan pake listrik kaya sekarang. Sekolah jalan kaki, naik sepedah puluhan kilometer. Makan hasil ternak dan tani sendiri. Pulang sekolah perginya kesawah, kalo nggak ngangon bebek, ngasih makan ayam, entog, sama kambing.

Bapak (kakek) selalu cerita kalo ia hidup penuh dengan perjuangan di setiap langkahnya. Terutama untuk sekolah dan bekerja. Bapak (kakek) juga pernah cerita, dulu pas kerja di jakarta, udah berpenghasilan aja tetep bisa ngirit, makan dua kali sehari. Denger cerita begitu, aku nggak ngerti waktu kecil. Aku selalu membantah ketika Bapak (kakek) selalu cerita jamannya waktu dulu sekolah dan kerja. Tapi sekarang aku mikir, nak, aku itu harus belajar dari jaman Bapak (kakek) yang serba prihatin. Agar hidupku nggak selalu menginginkan yang macem-macem. Sekarang pun aku sadar, hidup neko-neko membuat jalan hidupku buntu, tanpa arah, pusing. Pusing mikirin yang nggak mungkin kamu capai, yang nggak mungkin kamu dapat, difikirin terus ya cape, pusing, ntar hidupmu nggakjelas, nak.

Hidup itu harus punya pilihan dan tujuan supaya jelas. Sehingga kita nggak banyak mikir menguras 
energi yang bakal menghalangi tujuan hidupmu. Efeknya kamu sering mengeluh, membanding-bandingkan, dan mencela. Ini bahaya banget.

Salah satu kegagalan kita sebagai manusia adalah kita hidup seperti orang, bukan hidup seperti diri sendiri. Maksudnya hidup seperti orang adalah terpengaruh dengan apa yang orang lakukan, terpengauh dengan apa yang orang gunakan, dan terpengaruh dengan apa yang orang jalankan. Sehingga kamu selalu gagal dalam tujuan hidupmu. Selalu saja gagal fokus, akhirnya mengeluh, membanding-bandingkan, dan mencela (lagi). Terus aja begitu.

Apalagi jamanku, jaman digital semuanya serba gampang, sangat rentan sekali kita terpengaruh oleh apa yang orang lakukan. Nggak bisa nak. Kita nggak bisa seperti orang. Tuhan menciptakan kita berbeda-beda untuk jalan yang beda-beda juga. Untuk  mimpi yang beda, untuk bakat yang beda, untuk keunikan yang beda. Nah inilah sifat keadilan Tuhan. Semuanya sudah ada jalan hidupnya masing-masing.

Sekarang aku menulis ini supaya kamu nggak sepertiku nak. Aku capek, pusing mikirin hal yang tidak penting. Tujuan hidupku selalu tidak jelas. Punya rencana bagus juga hanya sekedar rencana, menjalankannya tidak. Itu karena aku selalu terpengaruh sama orang. Dan itu semua yang membuat hidupku tanpa arah yang jelas. Jauhkan ini atau kamu akan hidup sia-sia.

Hidup di dunia ini adalah batu loncatan untuk hidup di akhirat. Yaitu diisi dengan nilai-nilai Tuhan. Seperti hubungan antar manusia yang baik, rukun dan menghargai. Itu semua dijalani dengan biasa aja, nggak perlu berlebihan. Sehingga kita bisa paham bahwa dunia hanya untuk di singgahi sementara. Jikalau kamu selalu menganggap semuanya berlebihan, maka kamu dikuasai oleh dunia, bukan kamu yang menguasai dunia. Hasilnya kamu akan hidup dengan tanpa amal sholeh dan tanpa diisi nilai-nilai Tuhan.

Nilai-nilai Tuhan disiini adalah bagaimana kita beribadah terhadap Tuhan kita Allah AWT. Menjalankan syariat Islam, mentaati aturan dan menjauhi laranganNya. Dengan begitu, dunia sangat mudah kita kuasai.

Jadikanlah hidupmu dalam kendalimu, sehingga kamu bisa selalu mengontrol apa yang akan terjadi terhadapmu. Sesusah apapun ujian hidup, Allah nggak akan menguji hambanya diluar kemampuannya.  Kamu harus yakin itu. Keyakinan terhadap Tuhanmu harus tinggi. Itulah rukun iman kita yang pertama.

Iman adalah diyakini dalam hati, diucapkan dalam lisan, dan diamalkan dalam perbuatan. Ini perlu latihan, nak. Latihanya kamu harus melakukannya hingga menjadi suatu kebiasaan. Sehingga tidak ada kata susah atau tidak bisa. Kalo kita sudah tanmkan keimanan kita dengan terus melakukannya, kita akan semakin menemukan jalan hidup. Nilai plusnya kita bisa hidup dengan tenang dan damai.

Thursday, October 25, 2018

Distraction

Diawali dengan rasa takut, cemas, dan khawatir yang luar biasa akan kegagalan. Lalu disambung dengan niat yang kuat untuk belajar dari kesalahan-kesalahan yang ada.
Berlanjut dengan tindakan-tindakan, namun tidak begitu konsisten. Ketidakkonsistenan ini diawali dengan distraction kecil yang menghambat fikiranku. Fikiran ini cukup sensitif ya, jadi ketika kita mikir sesuatu, kita akan sedikit gagal fokus terhadap tujuan kita. Sehingga itulah yang menjadi tidak konsisten terhadap tujuan hidup kita.

Oke, dilanjut dengan rasa takut dan cemas ini, yang ternyata setelah difikir lebih dalam lagi, cemas dan takut juga distraction kecil yang jauh lebih membahayakan fikiran. Setelah fikiran, merembet ke kondisi tubuh yang tidak stabil akibat detak jantung yang tidak beraturan. Ini akan menimbulkan kondisi tubuh kita tidak seimbang, bisa jadi terserang penyakit sakit kepala. Dikarenakan pemompaan darah dari jantung ke kepala (otak) tidak stabil akibat cemas dan takut.

Lalu berfikir lagi untuk gimana caranya menghilangkan distraction kecil ini agar aku tetap fokus terhadap tujuanku. Gimana yaa?hmm padahal aku selalu menghargai diriku sendiri atas ide-ide cemerlang merencanakan sesuatu dengan mimpi-mimpinya yang keren.

Ohiya ternyata pake strategi.

Strateginya mendahulukan skala prioritas tunjuan, hilangkan gangguan kecil seperti latah dengan berfikir macem-macem diluar tujuan.

Ternyata berhasil. Aku belajar hari ini dengan hal yang bermanfaat.

Dihari berikutnya, ujian datang kembali. Dengan adanya hal-hal baru yang harus aku terima. Entah dari sisi pembelajaran sosial, akademik, lingkungan, maupun isu-isu lainnya yang tidak pernah aku terima sebelumnya.

Oh ini hanya membutuhkan sedikit ketenangan agar bisa menghadapinya.

Sabar...

Ketenangan disetiap kejadian yang terjadi sangat perlu sekali agar kita tidak selalu mendahulukan hawa nafsu. Hawa nafsu akan selalu ada di setiap detiknya. Hawa nafsu juga nggak selamanya negatif ya. Ada juga hawa nafsu positif yaitu semangat pada tujuan hidup.

Fikiranku yang sangat sensitif ini, membuatku tidak bisa menahan untuk terus berfikir. Berfikir jelas, logis, dan masuk akal. Gimana caranya ini?

Salah satu teman memberikan nasihat kepadaku, "kamu kalo melihat ikan yang speciesnya begitu banyak dilaut, ikan tersebut pernah mengeluh tidak mengapa ia hidup dilaut?". "Tidak" jawabku. Lanjut ia berkata, "mereka adalah hewan laut yang hidup apa adanya yang sudah mereka terima sebagai species hewan laut, tinggal mereka jalani saja dengan caranya mereka hidup dilaut dengan jenis makanan yang berbeda dan mempertahankan dirinya untuk tetap hidup tanpa menyalahkan kenapa ia hidup dilaut!". Aku mikir, akukan manusia ya, kenapa aku berfikir selalu menyalahkan keadaan yang dimana rata-rata kita manusia yang sama, makannya sama, bicaranya juga nyambung, tapi kok selalu berkeluh kesah terhadap keadaan? Waduh ini sebuah pembelajaran yang sangat berharga bagi kehidupanku kedepannya.

Ganjalan-ganjalan disetiap langkah hidup kita memang selalu ada. Itulah cara Tuhan menguji kita dari kesabaran dan keikhlasan hidup. Apakah hidup harus dinikmati atau di syukuri. Karena nilai syukur adalah nilai Tuhan. Untuk sampai kepada Tuhan, hidup kita harus dihiasi dengan nilai-nilai Tuhan.

Dunia sangat kompleks. Berbagai masalah ada. Berbagai kedamaian pun ada. Indonesia yang termasuk damai. Karena orang Indonesia sangat ramah senyum.

Tapi ada juga di Indonesia permasalahan-permasalahan kecil hingga besar. Begitulah sudut pandangku terhadap kondisi dan situasi saat ini.

Semuanya begitu sangat jelas dan kompleks. Tinggal kitanya aja yang menyikapinya dengan bijak.

Salah satu sikap yang aku ambil adalah kebijakan yang menumbuhkan nilai Tuhan. Yaitu dengan sifat Tuhan Yang Maha Rohman dan Rohim.

Walaupun masalah selalu ada, aku selalu tidak mengedepankan sikap yang gegabah atau buru-buru untuk kontribusi terhadap masalahnya, namun aku lebih memilih menganalisa sejauh mana, mana yang bisa diambil, mana yang bisa dibuang. Cukup simple, sih. Tetapi yang terjadi sekarang justru sebaliknya, malahan ketika ada orang yang mempunyai sudut pandang luas, selalu mengedepankan emosi yang membara untuk kontribusi terhadap masalah yang ada. Sehingga ketika masalah itu benar-benar belum selesai dan jelas, masalah baru muncul dan boomerang bagi mereka yang terburu-buru menyimpulkan suatu masalah yang di isi dengan emosi semata. Sudut pandang luas doang juga nggak cukup.

Ini dikarenakan nilai Tuhan tidak di tanamkan.

Ini masalah yang besar bagi kita. Masalah ini membuat masing-masing individu sulit untuk bisa mencapai sebuah impian hidupnya. Termasuk mensukseskan diri sendiri, keluarga, dan orang yang disayanginya.

Ini berakar dari cara berfikir yang salah dan mengedepankan hawa nafsu daripada iman kepada Tuhan. Tuhan kita selalu mengajarkan sifat Rohman-Rohim.
Kasih dan Sayang.

Nilai ini harus kita bangun lewat pendidikan akhlak terpuji. Mengedepankan nilai budi yang luhur, serta mempelajari etika kehidupan sehari-hari.

Aku selalu berharap, apa yang aku alami, kegagalan, keburukan, kesalahan, dan sifat tercela lainnya jangan merembet kesemua pelaku kehidupan didunia ini. Termasuk Indonesia.

Semoga, Indonesia tetap damai dan rukun. Punya cara berfikir yang luwes terhadap masalah yang ada. Mengedepankan nilai-nilai yang Tuhan berikan, serta menunjukkan sifat Qonaah.

Wednesday, October 17, 2018

Kasih sayang Orang Tua

Ketika orang tua selalu memarahi anaknya. Anak tidak bisa bebas melakukan apa yang ia mau.
Ketika orang tua selalu bikin kesal anaknya. Anak pun hanya ingin bahagia di dunianya.
Ketika orang tua selalu menginginkan sesuatu agar anaknya tumbuh. Anak selalu saja punya cara tersendiri untuk tumbuh.
Terkadang, orang tua yang pengalaman hidupnya lebih lama dibanding dengan anaknya, setidaknya semua perlakuan orang tua terhadap anaknya adalah implementasi hasil pengalaman semasa hidupnya menjadi anak-anak.
Orang Tua :"Nak, kamu jangan terpengaruh ya, kamu harus punya pendirian yang kuat."
Anak : "Tidak pak/bu, akutu ngerti mana baik mana buruk."
Orang Tua : "Kamu ini kalo dibilangin ngeyel ya"
Anak : "akutu udah besar pa, jadi aku mau hidupku gamau banyak aturan."
Yaa namanya juga anak-anak, yang selalu ingin menunjukkan bahwa ia tumbuh. Tapi dengan cara yang salah, yaitu durhaka. Membantah, mengelak, tidak nurut, atau bahkan melawan.
Orang tua kan selalu sabar, karena tau, profesi sebagai orang tua adalah menjalankan amanat Tuhan yang harus dipertanggung jawabkan hingga dewasa.
Siklus kehidupan selalu seperti itu. Berulang-ulang. Ga berhenti. Kembali lagi, kembali lagi. Kaya ngga ada ujungnya gitu.
Terlepas dari itu semua, ketika fase dewasa tiba, pemikiran si anak mulai terbentuk setelah terbentur beberapa kali, dan hati yang tersentuh oleh suara hati orang tua lewat doa-doanya. Kali ini anak hanya bisa merunduk. Sedih. Tidak mau memaafkan kedurhakaannya.
Anak berfikir, semua perlakuan orang tua terhadapnya hanya untuk menjadi anak yang nurut sama orang tuanya. Nurut dalam arti kata sholeh dan sholehah. Karena itulah harta orang tua yang akan dibawa ketika sudah meninggal dunia.
Tersendu, menangis, menyesal. Oh inilah jawaban Tuhan. Tuhan amatlah menyayangi semua umat manusia yg DiciptakanNya lewat ujian-ujianNya.

Monday, October 15, 2018

Mengakui Kesalahan

Ada sebuah cerita, seorang anak laki laki yang bernama Ahmad berusia 17 tahun yang baru mempunyai Surat Izin Mengemudi (SIM). Setelah beberapa hari mempunyai SIM, ia langsung nekat jalan-jalan naik motor keluar kota.
Di kota tersebut, ia melewati jalan Soekarno-Hatta. Nah, dijalan itu dibagi dua jalur, jalur cepat dan jalur lambat.
Di jalan Soe-ta itu ada rambu-rambu : "Sepeda motor dan Angkot lewat jalur lambat".

Karena tidak tau, mungkin karena pertama kalinya mengunjungi kota tersebut, Ahmad melanggar rambu-rambunya dengan menggunakan jalur cepat.

Terlihat beberapa rompi hijau (Polisi) yang sedang mengatur lalulintas. Lalu Ahmad diberhentikan ditengah jalan.
Dengan sangat percaya dirinya karena sudah mempunyai SIM, ia tampak tenang menghadapi polisi tersebut.
"Selamat siang de, ada surat suratnya?" Tanya Polisi.  "Ada, pak". Jawab Ahmad. "Silahkan minggir dulu ya de, ke tempat pos ya" lanjut Polisi. Ahmad bergumam sangat heran, surat-surat lengkap kok tetap dibawa ke pos polisi.
"Ade dari mana? Sudah lama tinggal disini?" Tanya Polisi kedua yang jaga pos. Saya dari Cirebon pak, mau main, saya baru lewat sini". "Ade ditilang ya, karena sudah melanggar jalur cepat yang hanya gunakan oleh Mobil Umum dan Truck. Seharunya sepedah motor dan angkutan umum berada dijalur lambat". "Pak, saya nggatau pak, saya tidak melihat rambu-rambunya". "Mau saya tunjukkan rambu-rambunya? Ada di sebelah sana" Polisi nunjuk ke beberapa meter ke arah jalan yang ada tiang rambu-rambu lalulintas.
Ahmad pun diam. Dan berfikir serta bicara dalam hati. (Ini yang menjadi permasalahan yang ada di Indonesia. Selalu saja tidak mentaati aturan, dan selalu saja banyak alasan. Setidaknya, akulah orang yang berusaha mentaati aturan walaupun satu banding seribu orang). "Iya pak, saya salah" Lanjut Ahmad. "Yang mau diambil STNK atau SIM?" Kata Polisi. "STNK aja, pak". "Oke, nanti kamu pergi ke jalan Jakarta, ke Kejaksaan, kamu sidang tanggal 24 yaa hari jumat pada jam kerja. Nanti disana baru ditagih biaya denda melanggar aturan, saya nggak berhak meminta denda kekamu sekarang" "Oke pak, terimakasih" Tutup Ahmad.

Ahmad pun melanjutkan perjalanannya dengan senyum. Karena ia bangga dengan dirinya sendiri karena sudah jujur pada diri sendiri. Serta berani bertanggung jawab atas kesalahanya. Padahal Ahmad mempunyai saudara yang kerja sebagai polisi juga di kantor polisi yang ada di kota tersebut. Namun, Ahmad ingin menjadi manusia yang setidaknya berusaha dari sebagian kecil yang ada untuk melakukan hal benar. Ahmad pun mengerti, lebih baik ia mengabdi diri sendiri untuk negara, dari pada mengabdi negara untuk diri sendiri. Ia pun berkata pada diri sendiri, dan menemukan sebuah Quotes bijak:
"Aku adalah sebagian kecil yang ada, jika sebagian yang kecil itu tidak ada dari bagian yang ada, maka yang ada itu tidak akan pernah ada"

#Respect Your Self
#SelfReminder

Sholat Dhuha


Rejeki datang tak henti-henti. Awalnya bingung. Karena aku merasa bahwa aku adalah hamba yang penuh dengan dosa setiap harinya. Akupun orang yang rugi, tidak pernah menghargai waktu. Terlebih lagi jarang beryukur atas nikmat sehat-Nya.

Aku sadar, bahwa Allah mempunyai sifat Ar-Rahman Ar-Rohim yang sangat luas. Kalo bukan karena sifatnya, aku nggak akan bisa hidup sampai detik ini.

Hidupku selalu dihiasi dengan perlindungan-perlindungan-Nya. Setiap ada ujian hidup, aku selalu bisa mengambil hikmahnya, ambil positifnya, karena aku percaya Allah sedang melindungiku.

Ternyata, bahagia itu sangat sederhana. Ngga harus selalu memiliki. Dengan senyum, sabar dan ikhlas udah lebih dari cukup untuk bisa menikmati kebahagiaan yang Allah beri. Dengan selalu memandang hal negatif menjadi positifpun kita menjadi tenang.

Doa yang kupanjatkan disetiap 4 rokaat dipagi hari adalah jawaban Allah dari semua yang aku jalani sampai saat ini. Alhamdulillah, puji syukur atas nikmat Allah yang tiada henti-hentinya serta sifat Allah yang luar biasa.

4 rokaat pagi hari ini yang membawakanku kedalam kenikmatan yang aku alami sampai aku gamau berhenti bersyukur.

4 rokaat pagi hari ini yang membawakanku kearah yang jauh lebih baik disetiap harinya.


YaAllah, lancarkanla rizqi kedua orang tuaku, dan berikanlah rizqi kepada orang yang membutuhkan rizqi. Lancarkanlah semua urusanku. Izinkanlah aku selalu dalam jalan-Mu, selalu dalam lindungan-Mu, dan selalu dalam ke-Ridhoan-Mu. Semoga hamba menjadi orang yang pandai bersyukur dan memohon ampun. Aamiin.

Saturday, September 29, 2018

Fikiran dan Hati


Penyakit hati yang tak kunjung padam. Penyakit hati yang tak kunjung usai. Yang pada akhirnya hati akan terus teriris sakit, karena kemunafikan.

Takut, cemas, dan terus merasa tidak tenang. Itulah jika kita tidak pernah jujur sama diri sendiri. Kenikmatan dan kepuasan sementara, ibarat borok yang terus digaruk. Makin digaruk makin enak. Tapi ya semakin parah boroknya.

Pikiran negatifpun juga terus menggerogoti sisi-sisi hati. Perpaduan ini membuat manusia turun derajatnya. Dalam buku Mark Manson yaitu Sebuah Seni Bersikap Bodo Amat, menjelaskan bahwa kita harus hidup dengan hukum kebalikan. Jika kita ingin kenikmatan dan berjuang hanya ingin kenikmatan justru salah besar. Jika kita hidup dengan tujuan  hanya untuk sukses juga salah besar. 

Yang dimaksud dibuku tersebut justru kita harus hidup dengan penderitaan, mencari masalah, dan jangan berusaha.
Ini sulit banget dipahami, sih. Tapi saya sangat tertarik. Karena dibuku tersebut menuntut saya untuk menderita. Ya, membacanya sulit paham dan harus melawan kebosanannya. Ini adalah menderita.

Kembali lagi bicara hati dengan fikiran negatif. Seringkali saya selalu berfikir negatif terhadap seseorang. Selalu memvonis orang dengan kekurangannya, tampilan buruknya, serta gestur tubuhnya yang menunjukkan kesombongan. Padahal belum tentu ia buruk, jelek, dan sombong.

Dalam buku Terapi Berfikir Positif karya Dr. Ibrahim Elfiky, bahwa pikiran membuat arsip memori dalam akal. Data-data yang direkam lewat penglihatan, pendengaran atau ucapan yang diucapkan negatif, maka akal akan membentuk file negatif lalu menyimpannya. Nah, saya selalu saja menyimpan file negatif terhadap seseorang dengan hanya melihat secara sepintas. Ini sangat memalukan bagi saya sekaligus membuat saya menjadi seorang yang sangat pecundang. Jangan tiru adegan ini.

Tetapi, terlepas dari itu semua saya mampu belajar dari apa yang terjadi, bahwa saya adalah orang yang mampu berfikir lebih luas dan dalam lagi. Karena saya tau, apa yang saya lakukan, jika saya tidak tenang saya akan terus mencari tau mengapa saya tidak tenang dan begitu sangat cemas.

Saya termasuk orang yang ingin oranglain menerima saya. Tapi lagi-lagi, saya begitu egois terhadap dunia. Semua yang terjadi di dunia ini  seakan akan harus menerima saya. No! This is selfish!

Kesadaran saya bertambah, ketika masalah terus datang. Ini penting banget bagi saya. Ini berarti bahwa hidup penuh dengan ketidakpastian. Kita tidak tau kedepan bakal apa yang akan terjadi, bahkan satu detik kedepanpun kita bisa berubah fikiran dengan cepat. Inilah proses kehidupan. Sama halnya seperti balita yang ingin tumbuh.


***
Hidup bukan tentang siapa yang harus menang.
Hidup bukan tentang siapa yang harus merasa lebih unggul
Hidup juga bukan tentang gimana caranya kita bisa menguasai keadaan.

Tetapi, hidup adalah bagaimana kita terus belajar dengan proses ada dan terus jatuh bangun hingga akhirnya kita semua benar-benar mati.

Mencintai sebuah proses memang membutuhkan power. Powernya sederhana aja, sih. Yaitu Cuma sedikit paksaan di awal lalu jalani. Terus dijalani sampe kebiasaan dan kebiasaan itu menjadi rutin dan semakin mudah, semakin enteng.

Thursday, September 6, 2018

Mengatur kebencian


Setelah membaca buku tentang self control yang mungkin ‘agak’ berat untuk di baca, aku jadi lebih memahami kehidupan ini secara luas, memahami pikiran, tingkah laku, serta adab bicara yang dipakai sesuai dengan porsinya.

Akar segala permasalahan justru berasal dari pikiran. Terlebih lagi manusia selalu saja menanamkan pikiran-pikiran negatif. Dalam buku terapi berpikir positif karya Dr. Ibrahim Elfiky sang maestro motivator muslim dunia, bahwasanya penelitian mengungkapkan pikiran negatif yang ada manusia yaitu sebanyak 60%. Yang menentukan hasil pikiran negatif ini adalah pengarahanya kemana. Arah yang menentukan hasil dari pikiran manusia. Ini sangat berbahaya sekali.

Ini menjadi sebuah alasan mengapa manusia mudah sekali emosi. Karena pikiran yang negatif selalu menjalar dan terus bersarang. Kita selalu dihadapi dengan yang namanya ujian kesabaran. Dan inipun alasan Allah SWT berfirman; sesungguhnya Allah menyayangi orang-orang yang sabar.

Memang, ketika sabar pikiran negatif kita bisa dikendalikan. Bagi orang yang beriman kepada Allah, ujian-ujian yang ada ini dijadikan makanan sehari-hari dan siap untuk menghadapinya dengan tenang.

Namun bagi orang awam, yang masih belum memahami ilmu islam lebih dalam, pastilah jika ujian kesabaran datang pasti menunjukkan alasan “manusia emosi tuh wajar, sabar ada batasnya”. Hey kawan, sabar itu tidak ada batasnya. Semakin kita lari ujian kesabaran,  semakin kita menjadi pribadi yang buruk.

Maka sangat perlu mempelajari islam lebih dalam, memahami hukum-hukum keadaban manusia untuk berjalan pada jalan yang Allah ridhoi. Maka hidup kita akan fokus terhadap apa yang kita ikhtiarkan dan berusaha untuk menjadi manusia yang bisa bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.

Hal yang paling penting dari semua ini adalah kita hidup itu untuk berusaha. Bukan untuk selalu menikmati hasil. Hasil mah effect  aja coy. Kenikmatanpun cipratan aja. So, hiduplah dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.

Jangan jadikan ini sebuah alasan hidup kita untuk terus menikmati hasil. Tapi jadikanlah hidup kita bermakna dalam setiap usaha yang kita usahakan.

Pikiran negatifpun mengundang kebencian. Jujur inimah, aku paling benci sama benci. Benci tuh apasih? Apakah benci itu ada? Kenapa benci selalu ada didalam benak kita? Ini akibat pikiran kita yang negatif coy. Stop negatif thinking! Hentikan ini. Ini akan menghilangkan peradaban manusia dan persaudaraan kemanusiaan.

Kembali lagi bahwasanya kita di tuntut untuk sabar, agar di sayang oleh Allah SWT. Emosi hanya datang dan pergi. Benci di awali dengan fikiran negatif lalu mengundang emosi. Sebenernya ia datang dan pergi. Tapi, kalau kita memeliharanya maka kita masuk ke dalam lubang setan. Intinyamah sabar.

Kita nggak akan bisa lari fikiran negatif. Tapi kita harus bisa mengaturnya dengan membaca istighfar. Ketenangan yang membuat kita bisa mengatur emosi. Emosi bagian dari hawa nafsu. Manusia kan punya hawa nafsu. So, hawa nafsu jangan dilawan, tapi dikendalikan.

Fikiran yang tenang dengan membaca istighfarlah untuk bisa menghadapi ujian ini. insyaAllah kita bisa melewatinya. Kemudian kita akan diangkat beberapa derajat oleh Allah. Alhasil kita menjadi manusia yang lebih produktif, dan lebih bermakna.

Wednesday, September 5, 2018

Rahmat perbedaan


Saatku tiba di bandung, semuanya kok kaya beda. Semuanya beda, mulai dari kebiasaan masyarakat, rutinitas aktifitas, sampai ke beribadah juga beda. Kok beda ya, kenapa beda, kok begini, aduh aku tidak bisa menerimanya.

Tapi sesuai dengan kebiasaanku sebelum merantau, aku selalu diuji kesabaranku lewat kejadian apa saja. Buanyak banget ujian kesabaran yang datang. Akhirnya aku tidak langsung bertindak gegabah dengan semua kebiasaan yang beda disini (Bandung).

Menjalani kehidupan jauh dari orang tua rasanya kaya sedang perang melawan diri sendiri dan situasi kondisi yang ada. Aku mencoba menjalani semua ini dengan cara terpaksa. Aku terpakasa kuliah di bandung  karena bapak nyuruh aku kuliah di bandung.

Kuliah dengan jurusan yang tidak aku sukai membuatku tidak betah di kampus. Terlebih lagi mengikuti organisasi DKM (Dewan Kemakmuran Masjid) kampus dengan semua perbedaan yang ada.

Yang paling tidak aku suka di DKM adalah lembaga dakwah kampus dengan menggunkan intelektual semata. Tidak berdasarkan kaidah-kaidah hukum yang sudah di ijtihadi oleh para jumhurul ‘ulama.

Karena aku sempat pesantren, jadi semua yang ada di kampus tidak bisa aku terima dengan ikhlas. Rasanya ingin pulang dan kembali mondok dan menghafal Al-Qur’an serta mempelajari kitab.

Tidak, aku tidak ikhlas, aku tidak mau sabar, males, menyalahkan, mengkritik, dan membanding-bandingkan. Mulailah berfikir macem-macem lagi... aduh pusing!

Tapi ada yang membuat aku bisa terus ‘mencoba’ bertahan disini, yaitu bapak. Saatku memasuki usia fase dewasa awal aku berfikir dan menyaring semua fikiran negatifku bahwa semua yang bapak lakukan hanya untuk anak pertamanya, yaitu aku.

Gila semuanya dikorbankan supaya aku sukses lalu menggantikanya sebelum ia pensiun. Termasuk menguliahkanku di bandung. Ia selalu sabar dengan masa laluku yang butek (baca; keruh).

Jalani, jalani terus, perlahan dan aku mencoba menerima semua perbedaan yang ada. Aku berfikir ini baru bandung masih jawa barat, gimana Indonesia yang sebegitu luasnya dan sebegitu banyak perbedaan yang ada tapi satu negara. Bhineka Tunggal Ika memang hidup.

Di kampus coba ikut organisasi, himpunan mahasiswa. Jalani, tapi kok kegiatanya jauh dari manfaat. Maksudnya ada sih manfaat, tapi kok kayaknya isinya kurang tepat terhadap akhlak dan adab sebagai manusia. Ini bahaya. Bahaya mahasiswa disuguhi kegiatan yang jauh dari akhlak dan adab. Oh tidak, aku benar-benar ingin pulang dan kembali mondok pesantren.

Sabar, aku yakin ini adalah cobaan. Hidup tidak akan lepas dari cobaan. Allah pasti mempunyai alasan dari cobaan yang diberikan kepadaku. Karena Allah maha pengatur skenario yang baik.

Di DKM, melihat teman-teman DKM ketika membaca Al-Qur-an, Qur’an nya di letakkan di bawah. Maksudnya di  letakkan di lantai, karpet masjid gitu kaya baca buku biasa. Ih inikan adab gitu, kok baca Al-Qur’an begitu. Aneh. Nggak biasa aku melihatnya. Aku tidak terima.

Lalu aku bertanya kepada senior DKM, mengapa baca Al-Qur’an kok kaya baca buku biasa? Katanya Al-Qur’an dan Mushaf itu berbeda. Kalo mushaf boleh membacanya sambil diletakkan dilantai atau dibawahlah. Bahkan tidak mempunyai wudhupun tidak apa-apa membacanya. Oke aku mengerti dan menerima.

Urusan sholatpun buanyak banget yang berbeda, tapi benar, aku benar-benar aneh melihat kebiasaan ini. Awalnya memang kaya nggak nerima gitu. Namun lambat laun aku mengerti, mengerti 4 madzhab. Dan keempat madzhab ini memang mengajarkan ibadah yang beda-beda sesuai hukum syari’at yang sah.

Oke, oke aku menerima. Sabar atuh nan. Ingat jangan gegabah, kamu tinggal jauh dari orang tua.


***

Aku tinggal di masjid salah satu komplek yang ‘rada’ elit. Fasilitas aku dapatkan seluruhnya gratis. Mulai dari air buat mandi, listrik dan air minun galonpun gratis. Aku tidak kelaparan, aku tidak kehausan, aku tidak bau badan karena susah mandi, dan aku hampir tidak lewatkan sholat jama’ah. Tinggal dimasjid sih soalnya hehe.

Sholat, ngaji dimasjid, tapi menemukan perbedaan lagi. Sama seperti ibadah dan membaca Al-Qru’annya, kebiasaannya beda persis kaya di DKM kampus. Tapi karena kau mengerti dan agak sedikit paham jadi ya biasalah aku bisa menerimanya walaupun belum sepenuhnya.

Di bandung terkenal dengan kajian. Kajian disini diisi oleh para ustad dan memberikan materi-materi keislaman. Aku nggak biasa. Biasanya aku belajar islam lewat kitab. Karangan siapa, hukumnya jelas. Dan yang pasti berasal dari Al-Qur’an dan hadits.
Aku nggak bisa nerima karena ilmu kesilaman ini ‘agak’ kurang mendasar dari hukum yang ada. 

Sehingga masih mentah. Ini bahya lagi bagi orang yang ambisius untuk mempelajari islam. Yang sangat dikhawatirkan adalah mereka yang ambisius ini akan menerima ilmu dan di sampaikan sesuai takaran pemikiran sesuka hati. Ya pasti ada literatur hukum-hukum yang disampaikan. Cuma ya masih kurang dalam. Sehingga bisa salah kaprah.

Bahayanya lagi disini sedang gencar-gencarnya dengan istilah “pemuda hijrah”. Oh no no no ini membuat aku benar-benar ingin angkat bicara. Tapi akupun tidak bisa seenaknya angkat bicara. Karena ilmu agamaku juga sangat minim.

Aku sadar. Tidak semuanya bisa sesuai keinginanku. Tidak semuanya sesuai dengan kebiasaanku. Aku sadar ini benar-benar yang namanya perbedaan. Rahmat perbedaan yang dikehendaki oleh Allah agar kita semua bisa menghargai apa yang menjadi pegangan diri masing-masing dan yang pasti sesuai ajarannya masing-masing.

Semuanya benar kok. Nggak ada yang salah. Ibadah jalan. Mengajipun jalan. Beramal sholehpun jalan. Yang benar-benar harus aku terima adalah memahami perbedaan untuk terus melanjutkan visi menuju jalan Allah yang di ridhoi dengan misi yang berbeda-beda. Kenapa sih kita harus nggak terima? Toh hidup kita juga tidak terancam, kan?

Coba bayangkan di daerah timur sana, sholat aja di awasin make senjata. Lah ini beda menjalankan ibadah aja protes. Jangan nan, kamu harus bisa jauh lebih bijaksana untuk menyikapi ini.


***

Oke, pesan yang dapat diambil adalah, gimana caranya kita menjalankan hidup dengan apa adanya. Bukan ada apanya. Kita harus terus sabar dan ikhlas. Serta terus berikhtiar untuk  menjalankan hidup sesuai dengan apa yang kita tuju untuk bisa bahagia dunia dan selamat akhirat.

Perbedaan bukan alasan kita untuk menyalahkan. Perbedaan bukan alasan untuk berkeluh kesah. Apalagi sampai mencoba menyalahkan hingga memberontak. Ini egois. Kadang kita harus benar-benar memahami apa yang orang lain rasakan seperti apa yang kita rasakan. Kita ingin dihargai tapi tak lupa orang lain juga ingin dihargai. Orang lainpun sama ingin disayang, kitapun tak lupa untuk menyanyangi.

Perbedaan indah sekali jika kita bisa menjalankan hidup tanpa adanya perdebatan yang buang waktu, perdebatan yang membuat kita saling pecah. Tidak! Kita sama-sama manusia. Kita harus bisa memanusiakan manusia secara manusiawi.

Sabar, ikhlas, sayang, cinta harus bisa ditanamkan di dalam hati kita. Yang penting adalah gimana caranya kita menempatkan diri kepada Allah SWT. Agar semua jalan hidup yang kita jalani bisa tertuju dengan jelas dan penuh dengan cahaya Allah. Allah maha petunjuk jalan yang benar.


Tuesday, September 4, 2018

Niat karena Allah


Untuk melakukan sesuatu hal adalah sebuah keinginanku sekaligus tujuan hidupku. Sesuatu yang menarik selalu saja aku coba. Hal lain lagi yang bikin tertarik, coba lagi. Begitu penasaranya aku terhadap sesuatu yang baru.

Mungkin ini semua pasti pernah dirasakan oleh semua orang. Selalu tertarik dengan hal yang baru. Ya, persis kaya anak kecil yang memiliki keingintahuan yang tinggi. Tetapi itu semua sirna. Aku merasa ini semua membosankan. That’s so boring. Coba ini, yang ini belum selesai pindah ke percobaan lain. Yang lain belum selesai pindah lagi ke yang lain. Kaya gitu terus hingga aku seakan-akan terjebak dalam lingkaran setan yang ngga ada ujungnya.

Tetapi walau bagaimanapun juga entah kenapa aku tetap ingin berada dilingkaran setan tersebut. Berputar lagi, mencoba nya lagi, try again... again.. and again. Error!.

That’s the point! Hidup itu try and error (kata salah satu guru ngajiku). Dan hidup adalah tempat orang yang tidak menyerah kata Pak Habibie.

Aku terus berfikir gimana caranya keluar dari lingkaran setan dan mencobanya dengan sedikit rapih untuk melakukan sesuatu. Berdoa..... “YaAllah, tunjukkan jalan yang lurus, tunjukkan jalan yang Engkau ridhoi. Izinkanlah aku melakukan sesuatu atas izinmu, aamiinn”

Hari esoknya mencoba lagi sesuai mood. Oh tidak! Sekarang aku malah tidak bisa mengendalikan emosiku. Karena jika perasaan sedang tidak afdhol  aku males. Lagi-lagi aku terjebak!
Gimana ini?! Aku ingin melakukan sesuatu! Sesuatu hal besar. Yang merubah dunia! Let’s try again...

Mengatur waktu. Dijadwalkan hari ini aku dapat melakukan apa saja. Setidaknya ada hal yang bisa tercipta keluar dari ide otakku yang tiada hentinya berfikir. Iya aku seorang pemikir. Sedikit-sedikit mikir. Disetiap kejadian mikir. Naik motor mikir. Ngampus mikir. Sholat mikir. Poop mikir. Aduh aduh kenapa aku jadi begini?!-_-

Tak lain adalah aku selalu mikir yang macem-macem. Diluar aktifitas yang aku sedang lakukan. Sehingga seringkali gagal fokus. Ini benar-benar terjebak di sumur yang dalam dan sangat gelap. Gelap, setiap ingin keluar selalu kepleset!

Ngobrol dengan teman. Teman yang satu frekuensi. Setuju dengan ide-ide untuk melakukan sesuatu hal. Ya lagi-lagi hal besar. Tetapi kembali berfikir. Melihat yang lain sudah melakukan hal besar dan sukses, lalu aku bandingkan dengan diriku yang belum ada apa-apanya. Oh shit! Aku jadi nggak pede. Diam, lalu tidur...

Baca buku motivasi. Berbagai buku aku baca tentang self control. Perlahan mengerti. Akar permasalahan ternyata pikiran. Pikirian yang buruk menghasilkan tindakan dan bicara yang buruk. Masuk ke hukum “Apa yang kita tanam, itu yang kita tuai”. Kita menanam biji apel, yang dihasilkan pasti apel. Nggak mungkin jeruk, kan?

Perlahan mengerti. Sekarang aku mencoba mengatur pikiranku. Perlahan melakukan sesuatu dengan cara membuat sugesti lewat bicaraku yang positif. Aku ingin menulis. Aku ingin membaca Al-Qur’an sehabis sholat fardhu. Aku ingin menghafal Al-Qur’an sehari satu ayat.

Tidak bertahan lama, lagi-lagi aku membandingkan dengan orang lain yang lebih multitalent. Aku membandingkan dengan penulis muda yang hebat. Aku membandingkan penghafal Al-Qur’an yang kuliah di Oxford. Tidak! Sumur gelap lagi!

Di buku terapi berpikir positif karya Dr. Ibrahim Elfiky disebutkan 3 pembunuh. Yaitu mengkritik, mencela, dan membanding-bandingkan. Ketiga itu adalah pembunuh berkarat yang akan terus bersarang di pikiran jika kita terus memikirkannya.

Ya masalah datang ketika kita memikirkan masalahnya. Sekarang aku mencoba untuk tidak memikirkan yang membuang waktuku untuk melakukan sesuatu. Perlahan perhatianku fokus terhadap apa yang aku fokuskan. Lalu berdoa “YaAllah, berikanlah aku rizky ilmu yang bermanfaat. Rizky yang bisa membawakan aku selamat dunia dan akhirat”.

Arah keluar sumur semakin jelas. Namun sesuatu terjadi lagi yang membuat aku kembali kepleset  di sumur gelap ini. Tanpa sadar, aku melakukan sesuatu hanya ingin dipandang hebat, keren, dan menjadi sosok pria yang selalu menjadi kagum para wanita. Terlebih wanita sholehah.

Berdoa lagi “YaAllah, ampunilah dosa-dosaku. Ampunilah dosa kedua orang tuaku. Ampunilah dosa-dosaku terhadap kedua orang tuaku. YaAllah, jadikanlah aku menjadi hamba yang pandai bersyukur dan pandai memohon ampun. Aamiin”

Akhirnya aku benar-benar melihat cahaya dari lorong yang dalam dan gelap ini. Ya! Aku harus melakukan sesuatu, segala sesuatu apa yang aku inginkan hanya karena Allah SWT. “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan” [Qs; Al-Fatihah; 5].

Aku mengerti, semua sudah diatur oleh Allah SWT. Allah berkuasa atas kehendak-Nya. Segala seusatu hanya milik Allah. Allah memberikan ujian sedih bahagia ya hanya untuk kembali kepada Allah. Sholat dan berdoa.

Niat karena Allah penting banget dalam kehidupan kita. Untuk bisa menuju jalan yang lurus dan jalan yang di ridhoi-Nya. Dan yang pasti segala sesuatu yang kita lakukan harus bisa bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.

Kalo niat nya udah karena Allah, nggak akan ada lagi tuh cemas, khawatir, mencela, membanding-bandingkan. Mau cape, pusing, males juga ya karena Allah. Orang lain nggak  akan memperhatikan apa yang kita rasakan. Hanya Allah semata yang tau. Akhirnya kita akan menjadi selalu tenang jika masalah yang bertubi-tubi datang.

Monday, September 3, 2018

Cinta yang tepat


Hey kamu, semakin aku mengingatmu semakin aku melupakanmu. Semakin aku mencoba melihat wajahmu di dalam bayangan fikirinku semakin aku melupakan itu. Gatau, gatau kenapa ini terus terjadi. Aneh. Iya sangat aneh sekali.

Kamu disana terlihat bahagia. Bahagia dengan senyumanmu disepanjang hari. Bahagia dengan tertawamu bersama teman-temanmu. Bahagia dengan berkumpul bersama keluargamu. Iya, aku hanya mengingatmu ketika kamu bahagia dan itu semakin aku membiarkannya karena ya kamu sedang berbahagia. Aku tidak boleh mengganggu. Karena ketika kamu bahagia, akupun bahagia. Cukup dengan merasakanya. Sangat cukup.

Wajahmu selalu aku baca sesuai isi hati. Bahasa tubuh, komunikasi, hingga caramu untuk menjalankan hidup cukup mencerminkan bahwa dirimu bisa menjadi sosok Ibu yang baik. Iya, gatau prediksiku seakan-akan tepat dan meyakinkan. Oh tidak, aku sekarang menjadi peramal.

Sosok ibu dimataku adalah sosok yang bisa menyayangi sebuah keluarga dengan sepenuh hati tanpa pamrih. Suka duka dijalani. Terus menerus sampai benar-benar sebuah kenangan yang tidak bisa dilupakan. Rasa kasih seperti matahari menyinari bumi tanpa minta disinari kembali. Nah tepat, aku merasakan itu. Aku bisa merasakanya di matamu, bahasa tubuhmu, bahkan isi hati kecilmu. And no! I’m really like a fortune teller.

Nalurimu tidak ada habis-habisnya membuatku terus tertembak dalam sebuah lorong gelap yang sunyi. Sunyi sepi, Cuma ada naluri keibuanmu yang aku rasakan.

Saat kamu jatuh sakit, lorong gelap itu tiba-tiba terang dan aku berusaha keluar dan menemukan jalan keluar. Ya! Jalan keluar itu adalah jalan aku nggak bisa tinggal diam. Aku harus menyelamatkanmu. Aku khawatir. Aku nggak mau kamu terluka. Atau bahkan tersakiti.

Sekarang aku mengerti. Semua ini adalah skenario Tuhan. Aku bisa merasakan cinta yang tidak berlebihan selain menumbuhkan cinta ku kepada sang pemilik cinta, yaitu Tuhanku Allah SWT. Allah menggerakkan semua apa yang aku rasa sesuai takaran-Nya.


And this is a life. Life is Journey. Hidup adalah usaha tanpa batas. Allah SWT menentukan segala hasil apa yang kita usahakan. Tanpa pusing dan setres kita memikirkan hasil berhasil atau tidak. Bisa atau tidak bisa. Mampu atau tidak mampu. Jalan Allah terbuka lebar ketika kita menumbuhkan rasa cinta kita sepenuhnya kepada sang pemilik cinta.

Let's Do It


Hari demi hari aku jalani. Terus berjalan. Pusing. Oh tidak aku berfikir bahwa aku pusing, dan sekarang makin pusing karena terus kepikiran pusing tadi. Seterusnya sampai akhirnya aku tidak melakukan apa-apa.

Kebanyakan dari kita yaitu tidak pernah berusaha untuk mencoba menghadapi sebuah tantangan. Oh iya itu tantangan, gimana cara menyelesaikanya, strateginya bagaimana, lalu hasilnya bakal seperti apa. Helloww! Where your action?!  Don’t think! Just do it!. Ya itulah yang harus benar-benar kita lakukan yaitu melakukan. Do it!!. Oh tidak sekarang aku benci berfikir. Tidak tidak tidak sekarang aku benar-benar hilang kendali. Pusing. Tidur...........................

Manusia mempunyai hawa nafsu. Ia datang dan pergi. Hawa nafsu ingin maju datang, kemudian pergi. That’s the point! Ketika hawa nafsu ingin maju datang kesempatan kita hanyalah sangat sedikit untuk bertindak sebelum ia pergi. Maka dari itu Let’s do it, don’t thinking. Begitupun hawa nafsu semangat, ia datang dan pergi. Gila kesempatan ini datang sangat kecil.

Ada cara untuk menjaga semangat jika kita gampang fokus/konsentrasi terhadap apa yang kita fikirkan. Nah semangat itu akan terjaga sesuai dengan konsentrasinya. TETAPI jikalau konsentrasi kita mudah sekali terailihkan maka cobalah untuk melakukanya sedikit demi sedikit. Ya,lakukanlah sesuatu yang di inginkan sesuai kadar semangat yang datang. Lakukan dan terus lakukan. Sedikit demi sedikit. Perlahan konsisten.....

YEAH! I GOT IT!



Thursday, August 9, 2018

Hikmah Kegagalan

Kala itu aku nggak tau apa yang harus aku lakukan. Aku nggak tau apa yang menjadi tujuan hidupku. Aku nggak tau apa yang menjadi passion-ku. Semuanya terasa sangat membingungkan, aneh, dan sulit.

Gagal berkali-kali membuatku gabisa berfikir panjang akan hidupku sendiri. Yang ada difikiranku hanyalah keluh kesah, cape, dan putus asa. Tapi, aku punya orang tua yang selalu support terhadap apa yang aku alami saat menghadapi kegagalan.

Bapakku yang pengen nya aku sukses di bidang pendidikan, ibuku pengen aku sukses di bidang keagamaan. Keduanya ya memang harus aku lakukan. Perlahan berjalan~

Siang bolong yang panas, disertai angin sepoi-sepoi menggerakkan seluruh ranting pohon mangga depan rumahku. Ibu sedang didapur mengiris wortel. Aku menghampiri ibu dan bertanya "masak apa bu?" "masak sop buat sore" jawabnya. "Bu, ngaji itu sore tah?" tanyaku lagi dengan imbuhan kata di akhir ciri khas orang Cirebon. "Iya sore sama maghrib, kamu sana ngaji lagi biar ngajinya bener". Jawabnya lagi. Aku hanya terdiam dan berpikir untuk mengaji atau tidak.

Keesokkan harinya aku masih dalam proses berpikir karena aku punya jadwal melatih basket adik kelas disekolahku alias asisten pelatih. Jadi, aku masih belum bisa memutuskan untuk berhenti melatih atau mengaji.

Perlahan aku coba bagi waktu, dalam satu minggu waktu sore aku 2 kali ngelatih, sisanya buat mengaji. Hanya baru beberapa hari aku mengaji, aku dikagetkan dengan suasana mengaji yang sangat baru aku alami seumur hidupku selama 17 tahun. Yaitu mengaji kitab. Kitab isinya huruf arab gundul, dibaca make bahasa jawa klasik. Kata salah satu guru ngaji ku, Umi, kalo udah bisa baca kitab itu nikmatnya luar biasa. Dibenak fikiranku aku berfikir senikmat apa sih baca kitab? Yang kalo aku liat saja mata sudah siwer-_-.

Hari demi hari aku lewati dengan mencari Ilmu agama dengan mengaji kitab, sesuai keinginan ibu kalo aku harus bisa berhasil dibidang keagamaan. Dan, jadwal ngelatih basketku dihilangkan, alias aku tidak ngelatih basket adik-adik kelasku lagi, karena ketagihan mengaji. Jadwal ngajiku pun aku tambah diwaktu ba'da maghrib dan ba'da isya. Disetiap waktu ada jadwal mengaji kitab yang berbeda-beda. Yang paling aku suka adalah ngaji kitab Ushul Fiqh. Yaitu arti Fiqh sendiri adalah faham. Maksudnya faham itu bagaimana caranya kita bisa faham akan sesuatu hukum. Dari mana hukum itu berlaku? dari para mujtahid yang mengerahakan segala fikirannya untuk memutuskan suatu hukum yang berlaku pada kegiatan sehari-hari. Nah, jadi Ushul Fiqh itu artinya asalnya dari hukum. Dimana hukum itu berasal dan dituliskan/dipancarkan melalui dalil atau kaidah. Luar biasa, buanyak sekali yang aku nggak tahu dari kehidupan sehari-hari ku dalam memahami suatu hukum. Kalo nggak hati-hati, yaa ada hukumanya di akhirat nanti, ada juga hukumannya di dunia langsung. Ini yang dinamakan nikmat mencari ilmu, semakin kita belajar, semakin kita nggak tahu. Dan, semakin tinggi ilmu, semakin merunduk seperti filosofi padi.

Beberapa waktu sudah ku lewati dengan mencari ilmu agama, yaitu dimana ilmu agamalah yang bisa membimbing akal manusia untuk bisa menjalankan hidup sesuai dengan fungsinya. Melatih ruh untuk bisa berkomunikasi langsung dengan sang maha pencipta, untuk mencari jalan dalam keadilan dan kebenaran dalam hidup kita di dunia. Karena kita hidup pun perlu bimbingan serta perlindungan, terlebih lagi meminta kekuatan dari sang maha pencipta untuk bisa menjalankan hidup dengan seutuhnya. Because, Life is Study, Life is Struggle, and Life is patient.

Selanjutnya aku punya deadline untuk bisa berjuang lagi dalam bidang pendidikanku sesuai dengan keinginan bapakku. Setelah ujian masuk perguruan tinggi yang pertama gagal, aku masih penasaran dan ingin mencobannya lagi. Kala itu aku memutuskan untuk terus belajar ekstra bersama teman seperjuangan kegagalanku juga.
Setiap hari dari pagi sampai sore aku belajar bab demi bab dari setiap materi yang diujikan.

Singkat cerita, waktu ujian tiba dimulai dari jam 7 pagi hingga jam 12 siang dengan 2 sesi kategori ujian yaitu TPA (Tes Potensi Akademik) dan SAINTEK (Sains dan Teknologi).

Aku ngambil saintek karena aku milih PTN yang jurusan nya sesuai dengan materi yang di ujikan. ITB. Iya, Institut Teknologi Bandung. Aku mulai jatuh cinta sama kampus ini setelah melihat film Rudy Habibie yang aktornya si Reza Rahadian memerankan seorang Teknokrat/Bapak Teknologi plus Presiden ke-3 RI yaitu BJ. Habibie. Di film tersebut, aku melihat secara detail perjuangan beliau saat menempuh pendidikan untuk bisa membangun Indonesia. Pesan Ayahnya yang selalu di ingat oleh beliau yaitu 'Kamu harus bisa menjadi mata air rudi, karena mata air keluar itu bisa digunakan dan dimanfaatkan oleh orang banyak'. Jatuh bangun saat sekolah di Achen, Jerman, dibully, di pukuli oleh teman dari Indonesianya sendiri, gagal mempercayai teman-temannya, hingga suatu ketika beliau jatuh sakit karena TBC tulang. Semuanya untuk Indonesia. Selain Eyang Habibie, ada juga Presiden Pertama kita Ir. Soekarno. Beliau pun sangat luar biasa untuk memperjuangkan Indonesia untuk merdeka. Dulu diumur nya masih remaja, Pak Karno menghabisi waktunnya untuk membaca buku filsuf dari beberapa belahan Dunia seperti Karl Max, Lenin dan filsuf lainnya. Dan lebih gokilnya lagi beliau belajar dan membaca dikandang ayam yang gelap dan penuh serangga! Gila nggak itu coy. Anjir memang lulusan ITB nih memang keren-keren. Perjuangannya merelakan semuannya demi Bangsa. Lalu, apa yang bisa aku dapet? Aku ingin bisa seperti Eyang Habibie, yang bisa berkontribusi untuk bangsa lewat Ilmu Engineering nya.

Aku sendiri pun menyukai kerja lapangan, yang dimana kalau sekolah Teknik itu banyak praktikum lapangan. Dan, saat itupun aku memilih FITB (Fakultas Ilmu dan Teknik Kebumian). Which is, aku memilih fakultas tersebut aku ingin memakmurkan Indonesia lewat bumi. Banyak yang ingin aku kelola dari bumi untuk bisa bermanfaat bagi orang lain. Akhirnya setelah pengumuman tiba, lagi-lagi aku gagal guys.

Alhamdulillah, singkat cerita setelah kegagalan ku untuk masuk PTN, akhirnya aku kuliah Swasta di Bandung. Bapakku terus bersikeras untuk aku sukses dalam pendidikan. "pokoknya kamu harus kuliah, sana kamu cari universitas di Bandung." Kata Bapak. Sempat aku berpikir, dari semuannya yang telah terjadi padaku, pola pikirku semuannya berubah. Kasih sayang orangtuaku selama ini kepada anak-anaknya termasuk aku, ternyata hanya bertepuk sebelah tangan. Yang dimana setiap pendapat, setiap bicara, setiap menyuruh, aku nggak pernah mempergunakannya. Yang terjadi adalah dimana dalam suatu perbedaan antara orang tua dan anak tidak menyatu. Kenapa tidak menyatu? Yaitu tadi ketika perbedaan ingin menjadi satu, harus di isi dengan cinta dan kasih. Aku tau selama ini perbedaan antara kedua orangtua ku kepada aku selalu bertolak belakang karena isi cinta dan kasihnya hanya bertepuk sebelah tangan, sedangkan aku tidak memberi cinta dan kasih kembali. Mungkin benar, ridho orang tua. ridho Allah juga. Ketika Allah meridhokan sesuatu, ketika anak dan orang tua dalam perbedaan bisa bersatu karena cinta.

Sekarang aku bisa begitu menikmati kuliah ku di Bandung. Banyak rejeki melimpah dari Sang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Aku berharap semoga aku bisa terus bersama-Nya agar hidupku tak lepas dari bersyukur dan memohon ampun kepada-Nya.

Ujian dalam hidup menandakan hidup kita bisa terus hidup. Tanpa ujian, hidup akan terasa begitu sangat hampa. - M. A. M, Bandung 2018.

Wednesday, August 8, 2018

Begining

Sebelum nya, Bismillahirrohmanirrohim dengan Rahmat Allah SWT.
Aku ingin mencoba terus berjuang dalam hidupku dengan apa aja yang bisa aku lakukan.

Karena, semakin hari aku semakin mengerti kalo hidup adalah sebuah perjalanan. Didalam perjalan tersebut tentunya ada sebuah tantangan-tangan yang harus dihadapi. Seberapapun cara kita untuk menghindar dari tantangan, semakin kita tidak menemukan jalan.

Artinya kita nggak akan bisa kembali lagi. Hanya bisa terus berjalan dan berjalan.
Lalu aku juga coba untuk nulis di blog pribadiku. Supaya perjalanan hidupku nggak mati ditelan sejarah.

Satu hal yang paling penting, menulis adalah ekpresi hidup. Ekpresi hidup adalah rasa. Hidup tanpa rasa sama aja kaya sayur asem tapi nggak pake asem.

Nah niatku disini bercerita tentang kisah hidup. Dimana kisah hidup ini bisa diambil hikmahnya.

Life for Struggle. Life is Choice.

Friday, March 30, 2018

Tidak ada Tujuan Yang Jelas

Ada empat jenis manusia yang tidak memiliki tujuan yang jelas menurut Dr. Ibrahim Elfiky sang Maestro Motivator Muslim Dunia dalam bukunya Terapi Berfikir Positif.
Pertama: Orang Yang Tidak Tahu Apa Yang di Inginkan.
Orang seperti ini hidupnya bagaikan daun yang ditiup oleh angin dan bergerak ke arah yang tidak menentu. Mereka tidak tahu apa yang di inginkan dalam hidup ini. Anda akan menemukan mereka selalu berkeluh kesah bahwa hidup ini susah dan tidak ada peluang. Dalam Pandangannya, sebagian besar orang kaya adalah penipu. Baginya, nasib adalah satu-satunya faktor yang menentukan kondisi finansial, kejiwaan, dan kesehatan.
Orang seperti ini tidak berbuat apa-apa untuk hidup lebih baik. Ia tidak mau membaca serta tidak mengembangkan keahlian dan keterampilannya. Bahkan, ia tidak melakukan hal positif apa pun untuk menjaga kesehatannya. Kata-kata yang ia ucapkan setiap hari adalah Keluh-Kesah.
Kedua: Orang Yang Tidak Tahu Apa Yang di Inginkan, TETAPI tidak Melakukan Apapun Untuk Menggapainya.
Orang seperti ini sebenernya memiliki pengetahuan yang lengkap tentang tujuan hidupnya, Tetapi ia tidak mengambil langkah positif apapun untuk mewujudkannya. Secara Psikologis orang seperti ini lebih menderita dibandingkan dengan orang yang pertama. Sebab, orang pertama memang tidak mengenal tujuan hidupnya, sedangkan orang kedua tahu apa yang diinginkan, tapi tidak berbuat apa-apa untuk meraihnya. Anda akan melihatnya selalu membandingkan dirinya dengan orang lain dan sering menyalahkan nasib buruk yang menimpanya. Ucapan sehari-harinya adalah ucapan mencela dan menyalahkan.
Ketiga: Orang Yang Tahu Apa Yang di Inginkan dan Punya Tujuan Yang Jelas, TETAPI Tidak Percaya Pada Kemampuannya.
Orang seperti ini tahu apa yang dinginkan, kapan menginginkannya, dan bagaimana mendapatkannya. Tetapi, ia tidak yakin bisa mendapatkannya. Rasa percaya dirinya sangat lemah. Ia tajut gagal dan dilecehkan. Orang seperti ini lebih menderita dibandingkan dua jenis orang sebelumnya. Sebab, ia memiliki ilmu dan pengetahuan lebih banyak, tetapi tidak memiliki keberanian mengambil langkah positif untuk mewujudkan keinginannya. Karena itu, Anda akan melihatnya sering menjauh dari orang lain. Ia akan menderita gangguan jiwa dan fisik. Ucapannya selalu dipenuhi ungkapan iri hati pada orang-orang yang sukses dan ia selalu mengeluh secara psikologis.
Keempat: Orang Yang Tahu Pasti Apa Yang di Inginkan, TETAPI Ia Terpengaruh Oleh Hal-Hal Negatif Dari Luar.
Orang seperti ini tahu apa yang di inginkannya. Selain itu, ia punya tujuan yang jelas dan langkah yang kongkrit. Tetapi, kepribadiannya lemah. Ia gampang dipengaruhi pendapat orang lain. Akibatnya, ia gampang mengubah langkah-langkah yang sudah dirumuskan untuk menggapai impiannya. Anda akan melihat orang seperti ini tidak memaksimalkan kemampuan dan keterampilannya. Ia tidak mengalami kemajuan yang berarti, bahkan hanya sedikit tujuan yang dicapai. Karena itu, ia cenderung emosial, mudah menyalahkan orang lain, dan mudah iri kepada orang lain. Ucapan yang selalu menghiasi lisannya selalu negatif dan rasa percaya dirinya lemah. Tetapi, ia selalu membuka peluang bagi orang lain untuk ikut masuk dalam kehidupan pribadinya. Ia akan terus merasa tak berdaya.

Tidak adanya tujuan yang jelas dalam kehidupan seseorang membuatnya tidak memaksimalkan kemampuan yang di anugerahkan oleh Allah. Jika demikian, hidupnya akan menjadi sia-sia, dihantui rasa takut dan cemas menghadapi masa depan. Orang yang tidak memiliki tujuan yang jelas bagaikan berjalan di tengah kegelapan. Hidupnya hambar, kehilangan semangat, kepribadiannya menjadi lemah. Ia akan mudah dipengaruhi hal-hal negatif dan di ombang-ambingkan kehidupan.

Ketahuilah bahwa : Hidup Terasa Singkat Jika Kita Menjadi Biasa-Biasa Saja.