Tuesday, September 4, 2018

Niat karena Allah


Untuk melakukan sesuatu hal adalah sebuah keinginanku sekaligus tujuan hidupku. Sesuatu yang menarik selalu saja aku coba. Hal lain lagi yang bikin tertarik, coba lagi. Begitu penasaranya aku terhadap sesuatu yang baru.

Mungkin ini semua pasti pernah dirasakan oleh semua orang. Selalu tertarik dengan hal yang baru. Ya, persis kaya anak kecil yang memiliki keingintahuan yang tinggi. Tetapi itu semua sirna. Aku merasa ini semua membosankan. That’s so boring. Coba ini, yang ini belum selesai pindah ke percobaan lain. Yang lain belum selesai pindah lagi ke yang lain. Kaya gitu terus hingga aku seakan-akan terjebak dalam lingkaran setan yang ngga ada ujungnya.

Tetapi walau bagaimanapun juga entah kenapa aku tetap ingin berada dilingkaran setan tersebut. Berputar lagi, mencoba nya lagi, try again... again.. and again. Error!.

That’s the point! Hidup itu try and error (kata salah satu guru ngajiku). Dan hidup adalah tempat orang yang tidak menyerah kata Pak Habibie.

Aku terus berfikir gimana caranya keluar dari lingkaran setan dan mencobanya dengan sedikit rapih untuk melakukan sesuatu. Berdoa..... “YaAllah, tunjukkan jalan yang lurus, tunjukkan jalan yang Engkau ridhoi. Izinkanlah aku melakukan sesuatu atas izinmu, aamiinn”

Hari esoknya mencoba lagi sesuai mood. Oh tidak! Sekarang aku malah tidak bisa mengendalikan emosiku. Karena jika perasaan sedang tidak afdhol  aku males. Lagi-lagi aku terjebak!
Gimana ini?! Aku ingin melakukan sesuatu! Sesuatu hal besar. Yang merubah dunia! Let’s try again...

Mengatur waktu. Dijadwalkan hari ini aku dapat melakukan apa saja. Setidaknya ada hal yang bisa tercipta keluar dari ide otakku yang tiada hentinya berfikir. Iya aku seorang pemikir. Sedikit-sedikit mikir. Disetiap kejadian mikir. Naik motor mikir. Ngampus mikir. Sholat mikir. Poop mikir. Aduh aduh kenapa aku jadi begini?!-_-

Tak lain adalah aku selalu mikir yang macem-macem. Diluar aktifitas yang aku sedang lakukan. Sehingga seringkali gagal fokus. Ini benar-benar terjebak di sumur yang dalam dan sangat gelap. Gelap, setiap ingin keluar selalu kepleset!

Ngobrol dengan teman. Teman yang satu frekuensi. Setuju dengan ide-ide untuk melakukan sesuatu hal. Ya lagi-lagi hal besar. Tetapi kembali berfikir. Melihat yang lain sudah melakukan hal besar dan sukses, lalu aku bandingkan dengan diriku yang belum ada apa-apanya. Oh shit! Aku jadi nggak pede. Diam, lalu tidur...

Baca buku motivasi. Berbagai buku aku baca tentang self control. Perlahan mengerti. Akar permasalahan ternyata pikiran. Pikirian yang buruk menghasilkan tindakan dan bicara yang buruk. Masuk ke hukum “Apa yang kita tanam, itu yang kita tuai”. Kita menanam biji apel, yang dihasilkan pasti apel. Nggak mungkin jeruk, kan?

Perlahan mengerti. Sekarang aku mencoba mengatur pikiranku. Perlahan melakukan sesuatu dengan cara membuat sugesti lewat bicaraku yang positif. Aku ingin menulis. Aku ingin membaca Al-Qur’an sehabis sholat fardhu. Aku ingin menghafal Al-Qur’an sehari satu ayat.

Tidak bertahan lama, lagi-lagi aku membandingkan dengan orang lain yang lebih multitalent. Aku membandingkan dengan penulis muda yang hebat. Aku membandingkan penghafal Al-Qur’an yang kuliah di Oxford. Tidak! Sumur gelap lagi!

Di buku terapi berpikir positif karya Dr. Ibrahim Elfiky disebutkan 3 pembunuh. Yaitu mengkritik, mencela, dan membanding-bandingkan. Ketiga itu adalah pembunuh berkarat yang akan terus bersarang di pikiran jika kita terus memikirkannya.

Ya masalah datang ketika kita memikirkan masalahnya. Sekarang aku mencoba untuk tidak memikirkan yang membuang waktuku untuk melakukan sesuatu. Perlahan perhatianku fokus terhadap apa yang aku fokuskan. Lalu berdoa “YaAllah, berikanlah aku rizky ilmu yang bermanfaat. Rizky yang bisa membawakan aku selamat dunia dan akhirat”.

Arah keluar sumur semakin jelas. Namun sesuatu terjadi lagi yang membuat aku kembali kepleset  di sumur gelap ini. Tanpa sadar, aku melakukan sesuatu hanya ingin dipandang hebat, keren, dan menjadi sosok pria yang selalu menjadi kagum para wanita. Terlebih wanita sholehah.

Berdoa lagi “YaAllah, ampunilah dosa-dosaku. Ampunilah dosa kedua orang tuaku. Ampunilah dosa-dosaku terhadap kedua orang tuaku. YaAllah, jadikanlah aku menjadi hamba yang pandai bersyukur dan pandai memohon ampun. Aamiin”

Akhirnya aku benar-benar melihat cahaya dari lorong yang dalam dan gelap ini. Ya! Aku harus melakukan sesuatu, segala sesuatu apa yang aku inginkan hanya karena Allah SWT. “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan” [Qs; Al-Fatihah; 5].

Aku mengerti, semua sudah diatur oleh Allah SWT. Allah berkuasa atas kehendak-Nya. Segala seusatu hanya milik Allah. Allah memberikan ujian sedih bahagia ya hanya untuk kembali kepada Allah. Sholat dan berdoa.

Niat karena Allah penting banget dalam kehidupan kita. Untuk bisa menuju jalan yang lurus dan jalan yang di ridhoi-Nya. Dan yang pasti segala sesuatu yang kita lakukan harus bisa bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.

Kalo niat nya udah karena Allah, nggak akan ada lagi tuh cemas, khawatir, mencela, membanding-bandingkan. Mau cape, pusing, males juga ya karena Allah. Orang lain nggak  akan memperhatikan apa yang kita rasakan. Hanya Allah semata yang tau. Akhirnya kita akan menjadi selalu tenang jika masalah yang bertubi-tubi datang.

No comments:

Post a Comment