Untuk melakukan sesuatu hal
adalah sebuah keinginanku sekaligus tujuan hidupku. Sesuatu yang menarik selalu
saja aku coba. Hal lain lagi yang bikin tertarik, coba lagi. Begitu penasaranya
aku terhadap sesuatu yang baru.
Mungkin ini semua pasti pernah
dirasakan oleh semua orang. Selalu tertarik dengan hal yang baru. Ya, persis
kaya anak kecil yang memiliki keingintahuan yang tinggi. Tetapi itu semua
sirna. Aku merasa ini semua membosankan. That’s
so boring. Coba ini, yang ini belum selesai pindah ke percobaan lain. Yang
lain belum selesai pindah lagi ke yang lain. Kaya gitu terus hingga aku
seakan-akan terjebak dalam lingkaran setan yang ngga ada ujungnya.
Tetapi walau bagaimanapun juga
entah kenapa aku tetap ingin berada dilingkaran setan tersebut. Berputar lagi,
mencoba nya lagi, try again... again..
and again. Error!.
That’s the point! Hidup itu try
and error (kata salah satu guru ngajiku). Dan hidup adalah tempat orang
yang tidak menyerah kata Pak Habibie.
Aku terus berfikir gimana caranya
keluar dari lingkaran setan dan mencobanya dengan sedikit rapih untuk melakukan
sesuatu. Berdoa..... “YaAllah, tunjukkan jalan yang lurus, tunjukkan jalan yang
Engkau ridhoi. Izinkanlah aku melakukan sesuatu atas izinmu, aamiinn”
Hari esoknya mencoba lagi sesuai
mood. Oh tidak! Sekarang aku malah tidak bisa mengendalikan emosiku. Karena
jika perasaan sedang tidak afdhol aku males. Lagi-lagi aku terjebak!
Gimana ini?! Aku ingin melakukan
sesuatu! Sesuatu hal besar. Yang merubah dunia! Let’s try again...
Mengatur waktu. Dijadwalkan hari
ini aku dapat melakukan apa saja. Setidaknya ada hal yang bisa tercipta keluar dari
ide otakku yang tiada hentinya berfikir. Iya aku seorang pemikir.
Sedikit-sedikit mikir. Disetiap kejadian mikir. Naik motor mikir. Ngampus mikir.
Sholat mikir. Poop mikir. Aduh aduh
kenapa aku jadi begini?!-_-
Tak lain adalah aku selalu mikir
yang macem-macem. Diluar aktifitas yang aku sedang lakukan. Sehingga seringkali
gagal fokus. Ini benar-benar terjebak di sumur yang dalam dan sangat gelap. Gelap,
setiap ingin keluar selalu kepleset!
Ngobrol dengan teman. Teman yang
satu frekuensi. Setuju dengan ide-ide untuk melakukan sesuatu hal. Ya lagi-lagi
hal besar. Tetapi kembali berfikir. Melihat yang lain sudah melakukan hal
besar dan sukses, lalu aku bandingkan dengan diriku yang belum ada apa-apanya. Oh shit! Aku jadi nggak pede. Diam, lalu tidur...
Baca buku motivasi. Berbagai buku
aku baca tentang self control. Perlahan
mengerti. Akar permasalahan ternyata pikiran. Pikirian yang buruk menghasilkan
tindakan dan bicara yang buruk. Masuk ke hukum “Apa yang kita tanam, itu yang
kita tuai”. Kita menanam biji apel, yang dihasilkan pasti apel. Nggak mungkin jeruk, kan?
Perlahan mengerti. Sekarang aku
mencoba mengatur pikiranku. Perlahan melakukan sesuatu dengan cara membuat
sugesti lewat bicaraku yang positif. Aku ingin menulis. Aku ingin membaca
Al-Qur’an sehabis sholat fardhu. Aku ingin menghafal Al-Qur’an sehari satu
ayat.
Tidak bertahan lama, lagi-lagi
aku membandingkan dengan orang lain yang lebih multitalent. Aku membandingkan dengan penulis muda yang hebat. Aku
membandingkan penghafal Al-Qur’an yang kuliah di Oxford. Tidak! Sumur gelap
lagi!
Di buku terapi berpikir positif
karya Dr. Ibrahim Elfiky disebutkan 3 pembunuh. Yaitu mengkritik, mencela, dan
membanding-bandingkan. Ketiga itu adalah pembunuh berkarat yang akan terus
bersarang di pikiran jika kita terus memikirkannya.
Ya masalah datang ketika kita
memikirkan masalahnya. Sekarang aku mencoba untuk tidak memikirkan yang
membuang waktuku untuk melakukan sesuatu. Perlahan perhatianku fokus terhadap
apa yang aku fokuskan. Lalu berdoa “YaAllah, berikanlah aku rizky ilmu yang
bermanfaat. Rizky yang bisa membawakan aku selamat dunia dan akhirat”.
Arah keluar sumur semakin jelas. Namun
sesuatu terjadi lagi yang membuat aku kembali kepleset di sumur gelap ini. Tanpa sadar, aku melakukan sesuatu hanya ingin dipandang
hebat, keren, dan menjadi sosok pria yang selalu menjadi kagum para wanita. Terlebih
wanita sholehah.
Berdoa lagi “YaAllah, ampunilah
dosa-dosaku. Ampunilah dosa kedua orang tuaku. Ampunilah dosa-dosaku terhadap
kedua orang tuaku. YaAllah, jadikanlah aku menjadi hamba yang pandai bersyukur
dan pandai memohon ampun. Aamiin”
Akhirnya aku benar-benar melihat
cahaya dari lorong yang dalam dan gelap ini. Ya! Aku harus melakukan sesuatu,
segala sesuatu apa yang aku inginkan hanya karena Allah SWT. “Hanya kepada
Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan”
[Qs; Al-Fatihah; 5].
Aku mengerti, semua sudah diatur
oleh Allah SWT. Allah berkuasa atas kehendak-Nya. Segala seusatu hanya milik
Allah. Allah memberikan ujian sedih bahagia ya hanya untuk kembali kepada
Allah. Sholat dan berdoa.
Niat karena Allah penting banget
dalam kehidupan kita. Untuk bisa menuju jalan yang lurus dan jalan yang di
ridhoi-Nya. Dan yang pasti segala sesuatu yang kita lakukan harus bisa
bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.
Kalo niat nya udah karena Allah, nggak akan ada lagi tuh cemas, khawatir,
mencela, membanding-bandingkan. Mau cape, pusing, males juga ya karena Allah. Orang lain nggak akan memperhatikan apa yang kita rasakan.
Hanya Allah semata yang tau. Akhirnya kita akan menjadi selalu tenang jika masalah
yang bertubi-tubi datang.
No comments:
Post a Comment