Saturday, September 29, 2018

Fikiran dan Hati


Penyakit hati yang tak kunjung padam. Penyakit hati yang tak kunjung usai. Yang pada akhirnya hati akan terus teriris sakit, karena kemunafikan.

Takut, cemas, dan terus merasa tidak tenang. Itulah jika kita tidak pernah jujur sama diri sendiri. Kenikmatan dan kepuasan sementara, ibarat borok yang terus digaruk. Makin digaruk makin enak. Tapi ya semakin parah boroknya.

Pikiran negatifpun juga terus menggerogoti sisi-sisi hati. Perpaduan ini membuat manusia turun derajatnya. Dalam buku Mark Manson yaitu Sebuah Seni Bersikap Bodo Amat, menjelaskan bahwa kita harus hidup dengan hukum kebalikan. Jika kita ingin kenikmatan dan berjuang hanya ingin kenikmatan justru salah besar. Jika kita hidup dengan tujuan  hanya untuk sukses juga salah besar. 

Yang dimaksud dibuku tersebut justru kita harus hidup dengan penderitaan, mencari masalah, dan jangan berusaha.
Ini sulit banget dipahami, sih. Tapi saya sangat tertarik. Karena dibuku tersebut menuntut saya untuk menderita. Ya, membacanya sulit paham dan harus melawan kebosanannya. Ini adalah menderita.

Kembali lagi bicara hati dengan fikiran negatif. Seringkali saya selalu berfikir negatif terhadap seseorang. Selalu memvonis orang dengan kekurangannya, tampilan buruknya, serta gestur tubuhnya yang menunjukkan kesombongan. Padahal belum tentu ia buruk, jelek, dan sombong.

Dalam buku Terapi Berfikir Positif karya Dr. Ibrahim Elfiky, bahwa pikiran membuat arsip memori dalam akal. Data-data yang direkam lewat penglihatan, pendengaran atau ucapan yang diucapkan negatif, maka akal akan membentuk file negatif lalu menyimpannya. Nah, saya selalu saja menyimpan file negatif terhadap seseorang dengan hanya melihat secara sepintas. Ini sangat memalukan bagi saya sekaligus membuat saya menjadi seorang yang sangat pecundang. Jangan tiru adegan ini.

Tetapi, terlepas dari itu semua saya mampu belajar dari apa yang terjadi, bahwa saya adalah orang yang mampu berfikir lebih luas dan dalam lagi. Karena saya tau, apa yang saya lakukan, jika saya tidak tenang saya akan terus mencari tau mengapa saya tidak tenang dan begitu sangat cemas.

Saya termasuk orang yang ingin oranglain menerima saya. Tapi lagi-lagi, saya begitu egois terhadap dunia. Semua yang terjadi di dunia ini  seakan akan harus menerima saya. No! This is selfish!

Kesadaran saya bertambah, ketika masalah terus datang. Ini penting banget bagi saya. Ini berarti bahwa hidup penuh dengan ketidakpastian. Kita tidak tau kedepan bakal apa yang akan terjadi, bahkan satu detik kedepanpun kita bisa berubah fikiran dengan cepat. Inilah proses kehidupan. Sama halnya seperti balita yang ingin tumbuh.


***
Hidup bukan tentang siapa yang harus menang.
Hidup bukan tentang siapa yang harus merasa lebih unggul
Hidup juga bukan tentang gimana caranya kita bisa menguasai keadaan.

Tetapi, hidup adalah bagaimana kita terus belajar dengan proses ada dan terus jatuh bangun hingga akhirnya kita semua benar-benar mati.

Mencintai sebuah proses memang membutuhkan power. Powernya sederhana aja, sih. Yaitu Cuma sedikit paksaan di awal lalu jalani. Terus dijalani sampe kebiasaan dan kebiasaan itu menjadi rutin dan semakin mudah, semakin enteng.

No comments:

Post a Comment