Saturday, September 29, 2018

Fikiran dan Hati


Penyakit hati yang tak kunjung padam. Penyakit hati yang tak kunjung usai. Yang pada akhirnya hati akan terus teriris sakit, karena kemunafikan.

Takut, cemas, dan terus merasa tidak tenang. Itulah jika kita tidak pernah jujur sama diri sendiri. Kenikmatan dan kepuasan sementara, ibarat borok yang terus digaruk. Makin digaruk makin enak. Tapi ya semakin parah boroknya.

Pikiran negatifpun juga terus menggerogoti sisi-sisi hati. Perpaduan ini membuat manusia turun derajatnya. Dalam buku Mark Manson yaitu Sebuah Seni Bersikap Bodo Amat, menjelaskan bahwa kita harus hidup dengan hukum kebalikan. Jika kita ingin kenikmatan dan berjuang hanya ingin kenikmatan justru salah besar. Jika kita hidup dengan tujuan  hanya untuk sukses juga salah besar. 

Yang dimaksud dibuku tersebut justru kita harus hidup dengan penderitaan, mencari masalah, dan jangan berusaha.
Ini sulit banget dipahami, sih. Tapi saya sangat tertarik. Karena dibuku tersebut menuntut saya untuk menderita. Ya, membacanya sulit paham dan harus melawan kebosanannya. Ini adalah menderita.

Kembali lagi bicara hati dengan fikiran negatif. Seringkali saya selalu berfikir negatif terhadap seseorang. Selalu memvonis orang dengan kekurangannya, tampilan buruknya, serta gestur tubuhnya yang menunjukkan kesombongan. Padahal belum tentu ia buruk, jelek, dan sombong.

Dalam buku Terapi Berfikir Positif karya Dr. Ibrahim Elfiky, bahwa pikiran membuat arsip memori dalam akal. Data-data yang direkam lewat penglihatan, pendengaran atau ucapan yang diucapkan negatif, maka akal akan membentuk file negatif lalu menyimpannya. Nah, saya selalu saja menyimpan file negatif terhadap seseorang dengan hanya melihat secara sepintas. Ini sangat memalukan bagi saya sekaligus membuat saya menjadi seorang yang sangat pecundang. Jangan tiru adegan ini.

Tetapi, terlepas dari itu semua saya mampu belajar dari apa yang terjadi, bahwa saya adalah orang yang mampu berfikir lebih luas dan dalam lagi. Karena saya tau, apa yang saya lakukan, jika saya tidak tenang saya akan terus mencari tau mengapa saya tidak tenang dan begitu sangat cemas.

Saya termasuk orang yang ingin oranglain menerima saya. Tapi lagi-lagi, saya begitu egois terhadap dunia. Semua yang terjadi di dunia ini  seakan akan harus menerima saya. No! This is selfish!

Kesadaran saya bertambah, ketika masalah terus datang. Ini penting banget bagi saya. Ini berarti bahwa hidup penuh dengan ketidakpastian. Kita tidak tau kedepan bakal apa yang akan terjadi, bahkan satu detik kedepanpun kita bisa berubah fikiran dengan cepat. Inilah proses kehidupan. Sama halnya seperti balita yang ingin tumbuh.


***
Hidup bukan tentang siapa yang harus menang.
Hidup bukan tentang siapa yang harus merasa lebih unggul
Hidup juga bukan tentang gimana caranya kita bisa menguasai keadaan.

Tetapi, hidup adalah bagaimana kita terus belajar dengan proses ada dan terus jatuh bangun hingga akhirnya kita semua benar-benar mati.

Mencintai sebuah proses memang membutuhkan power. Powernya sederhana aja, sih. Yaitu Cuma sedikit paksaan di awal lalu jalani. Terus dijalani sampe kebiasaan dan kebiasaan itu menjadi rutin dan semakin mudah, semakin enteng.

Thursday, September 6, 2018

Mengatur kebencian


Setelah membaca buku tentang self control yang mungkin ‘agak’ berat untuk di baca, aku jadi lebih memahami kehidupan ini secara luas, memahami pikiran, tingkah laku, serta adab bicara yang dipakai sesuai dengan porsinya.

Akar segala permasalahan justru berasal dari pikiran. Terlebih lagi manusia selalu saja menanamkan pikiran-pikiran negatif. Dalam buku terapi berpikir positif karya Dr. Ibrahim Elfiky sang maestro motivator muslim dunia, bahwasanya penelitian mengungkapkan pikiran negatif yang ada manusia yaitu sebanyak 60%. Yang menentukan hasil pikiran negatif ini adalah pengarahanya kemana. Arah yang menentukan hasil dari pikiran manusia. Ini sangat berbahaya sekali.

Ini menjadi sebuah alasan mengapa manusia mudah sekali emosi. Karena pikiran yang negatif selalu menjalar dan terus bersarang. Kita selalu dihadapi dengan yang namanya ujian kesabaran. Dan inipun alasan Allah SWT berfirman; sesungguhnya Allah menyayangi orang-orang yang sabar.

Memang, ketika sabar pikiran negatif kita bisa dikendalikan. Bagi orang yang beriman kepada Allah, ujian-ujian yang ada ini dijadikan makanan sehari-hari dan siap untuk menghadapinya dengan tenang.

Namun bagi orang awam, yang masih belum memahami ilmu islam lebih dalam, pastilah jika ujian kesabaran datang pasti menunjukkan alasan “manusia emosi tuh wajar, sabar ada batasnya”. Hey kawan, sabar itu tidak ada batasnya. Semakin kita lari ujian kesabaran,  semakin kita menjadi pribadi yang buruk.

Maka sangat perlu mempelajari islam lebih dalam, memahami hukum-hukum keadaban manusia untuk berjalan pada jalan yang Allah ridhoi. Maka hidup kita akan fokus terhadap apa yang kita ikhtiarkan dan berusaha untuk menjadi manusia yang bisa bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.

Hal yang paling penting dari semua ini adalah kita hidup itu untuk berusaha. Bukan untuk selalu menikmati hasil. Hasil mah effect  aja coy. Kenikmatanpun cipratan aja. So, hiduplah dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.

Jangan jadikan ini sebuah alasan hidup kita untuk terus menikmati hasil. Tapi jadikanlah hidup kita bermakna dalam setiap usaha yang kita usahakan.

Pikiran negatifpun mengundang kebencian. Jujur inimah, aku paling benci sama benci. Benci tuh apasih? Apakah benci itu ada? Kenapa benci selalu ada didalam benak kita? Ini akibat pikiran kita yang negatif coy. Stop negatif thinking! Hentikan ini. Ini akan menghilangkan peradaban manusia dan persaudaraan kemanusiaan.

Kembali lagi bahwasanya kita di tuntut untuk sabar, agar di sayang oleh Allah SWT. Emosi hanya datang dan pergi. Benci di awali dengan fikiran negatif lalu mengundang emosi. Sebenernya ia datang dan pergi. Tapi, kalau kita memeliharanya maka kita masuk ke dalam lubang setan. Intinyamah sabar.

Kita nggak akan bisa lari fikiran negatif. Tapi kita harus bisa mengaturnya dengan membaca istighfar. Ketenangan yang membuat kita bisa mengatur emosi. Emosi bagian dari hawa nafsu. Manusia kan punya hawa nafsu. So, hawa nafsu jangan dilawan, tapi dikendalikan.

Fikiran yang tenang dengan membaca istighfarlah untuk bisa menghadapi ujian ini. insyaAllah kita bisa melewatinya. Kemudian kita akan diangkat beberapa derajat oleh Allah. Alhasil kita menjadi manusia yang lebih produktif, dan lebih bermakna.

Wednesday, September 5, 2018

Rahmat perbedaan


Saatku tiba di bandung, semuanya kok kaya beda. Semuanya beda, mulai dari kebiasaan masyarakat, rutinitas aktifitas, sampai ke beribadah juga beda. Kok beda ya, kenapa beda, kok begini, aduh aku tidak bisa menerimanya.

Tapi sesuai dengan kebiasaanku sebelum merantau, aku selalu diuji kesabaranku lewat kejadian apa saja. Buanyak banget ujian kesabaran yang datang. Akhirnya aku tidak langsung bertindak gegabah dengan semua kebiasaan yang beda disini (Bandung).

Menjalani kehidupan jauh dari orang tua rasanya kaya sedang perang melawan diri sendiri dan situasi kondisi yang ada. Aku mencoba menjalani semua ini dengan cara terpaksa. Aku terpakasa kuliah di bandung  karena bapak nyuruh aku kuliah di bandung.

Kuliah dengan jurusan yang tidak aku sukai membuatku tidak betah di kampus. Terlebih lagi mengikuti organisasi DKM (Dewan Kemakmuran Masjid) kampus dengan semua perbedaan yang ada.

Yang paling tidak aku suka di DKM adalah lembaga dakwah kampus dengan menggunkan intelektual semata. Tidak berdasarkan kaidah-kaidah hukum yang sudah di ijtihadi oleh para jumhurul ‘ulama.

Karena aku sempat pesantren, jadi semua yang ada di kampus tidak bisa aku terima dengan ikhlas. Rasanya ingin pulang dan kembali mondok dan menghafal Al-Qur’an serta mempelajari kitab.

Tidak, aku tidak ikhlas, aku tidak mau sabar, males, menyalahkan, mengkritik, dan membanding-bandingkan. Mulailah berfikir macem-macem lagi... aduh pusing!

Tapi ada yang membuat aku bisa terus ‘mencoba’ bertahan disini, yaitu bapak. Saatku memasuki usia fase dewasa awal aku berfikir dan menyaring semua fikiran negatifku bahwa semua yang bapak lakukan hanya untuk anak pertamanya, yaitu aku.

Gila semuanya dikorbankan supaya aku sukses lalu menggantikanya sebelum ia pensiun. Termasuk menguliahkanku di bandung. Ia selalu sabar dengan masa laluku yang butek (baca; keruh).

Jalani, jalani terus, perlahan dan aku mencoba menerima semua perbedaan yang ada. Aku berfikir ini baru bandung masih jawa barat, gimana Indonesia yang sebegitu luasnya dan sebegitu banyak perbedaan yang ada tapi satu negara. Bhineka Tunggal Ika memang hidup.

Di kampus coba ikut organisasi, himpunan mahasiswa. Jalani, tapi kok kegiatanya jauh dari manfaat. Maksudnya ada sih manfaat, tapi kok kayaknya isinya kurang tepat terhadap akhlak dan adab sebagai manusia. Ini bahaya. Bahaya mahasiswa disuguhi kegiatan yang jauh dari akhlak dan adab. Oh tidak, aku benar-benar ingin pulang dan kembali mondok pesantren.

Sabar, aku yakin ini adalah cobaan. Hidup tidak akan lepas dari cobaan. Allah pasti mempunyai alasan dari cobaan yang diberikan kepadaku. Karena Allah maha pengatur skenario yang baik.

Di DKM, melihat teman-teman DKM ketika membaca Al-Qur-an, Qur’an nya di letakkan di bawah. Maksudnya di  letakkan di lantai, karpet masjid gitu kaya baca buku biasa. Ih inikan adab gitu, kok baca Al-Qur’an begitu. Aneh. Nggak biasa aku melihatnya. Aku tidak terima.

Lalu aku bertanya kepada senior DKM, mengapa baca Al-Qur’an kok kaya baca buku biasa? Katanya Al-Qur’an dan Mushaf itu berbeda. Kalo mushaf boleh membacanya sambil diletakkan dilantai atau dibawahlah. Bahkan tidak mempunyai wudhupun tidak apa-apa membacanya. Oke aku mengerti dan menerima.

Urusan sholatpun buanyak banget yang berbeda, tapi benar, aku benar-benar aneh melihat kebiasaan ini. Awalnya memang kaya nggak nerima gitu. Namun lambat laun aku mengerti, mengerti 4 madzhab. Dan keempat madzhab ini memang mengajarkan ibadah yang beda-beda sesuai hukum syari’at yang sah.

Oke, oke aku menerima. Sabar atuh nan. Ingat jangan gegabah, kamu tinggal jauh dari orang tua.


***

Aku tinggal di masjid salah satu komplek yang ‘rada’ elit. Fasilitas aku dapatkan seluruhnya gratis. Mulai dari air buat mandi, listrik dan air minun galonpun gratis. Aku tidak kelaparan, aku tidak kehausan, aku tidak bau badan karena susah mandi, dan aku hampir tidak lewatkan sholat jama’ah. Tinggal dimasjid sih soalnya hehe.

Sholat, ngaji dimasjid, tapi menemukan perbedaan lagi. Sama seperti ibadah dan membaca Al-Qru’annya, kebiasaannya beda persis kaya di DKM kampus. Tapi karena kau mengerti dan agak sedikit paham jadi ya biasalah aku bisa menerimanya walaupun belum sepenuhnya.

Di bandung terkenal dengan kajian. Kajian disini diisi oleh para ustad dan memberikan materi-materi keislaman. Aku nggak biasa. Biasanya aku belajar islam lewat kitab. Karangan siapa, hukumnya jelas. Dan yang pasti berasal dari Al-Qur’an dan hadits.
Aku nggak bisa nerima karena ilmu kesilaman ini ‘agak’ kurang mendasar dari hukum yang ada. 

Sehingga masih mentah. Ini bahya lagi bagi orang yang ambisius untuk mempelajari islam. Yang sangat dikhawatirkan adalah mereka yang ambisius ini akan menerima ilmu dan di sampaikan sesuai takaran pemikiran sesuka hati. Ya pasti ada literatur hukum-hukum yang disampaikan. Cuma ya masih kurang dalam. Sehingga bisa salah kaprah.

Bahayanya lagi disini sedang gencar-gencarnya dengan istilah “pemuda hijrah”. Oh no no no ini membuat aku benar-benar ingin angkat bicara. Tapi akupun tidak bisa seenaknya angkat bicara. Karena ilmu agamaku juga sangat minim.

Aku sadar. Tidak semuanya bisa sesuai keinginanku. Tidak semuanya sesuai dengan kebiasaanku. Aku sadar ini benar-benar yang namanya perbedaan. Rahmat perbedaan yang dikehendaki oleh Allah agar kita semua bisa menghargai apa yang menjadi pegangan diri masing-masing dan yang pasti sesuai ajarannya masing-masing.

Semuanya benar kok. Nggak ada yang salah. Ibadah jalan. Mengajipun jalan. Beramal sholehpun jalan. Yang benar-benar harus aku terima adalah memahami perbedaan untuk terus melanjutkan visi menuju jalan Allah yang di ridhoi dengan misi yang berbeda-beda. Kenapa sih kita harus nggak terima? Toh hidup kita juga tidak terancam, kan?

Coba bayangkan di daerah timur sana, sholat aja di awasin make senjata. Lah ini beda menjalankan ibadah aja protes. Jangan nan, kamu harus bisa jauh lebih bijaksana untuk menyikapi ini.


***

Oke, pesan yang dapat diambil adalah, gimana caranya kita menjalankan hidup dengan apa adanya. Bukan ada apanya. Kita harus terus sabar dan ikhlas. Serta terus berikhtiar untuk  menjalankan hidup sesuai dengan apa yang kita tuju untuk bisa bahagia dunia dan selamat akhirat.

Perbedaan bukan alasan kita untuk menyalahkan. Perbedaan bukan alasan untuk berkeluh kesah. Apalagi sampai mencoba menyalahkan hingga memberontak. Ini egois. Kadang kita harus benar-benar memahami apa yang orang lain rasakan seperti apa yang kita rasakan. Kita ingin dihargai tapi tak lupa orang lain juga ingin dihargai. Orang lainpun sama ingin disayang, kitapun tak lupa untuk menyanyangi.

Perbedaan indah sekali jika kita bisa menjalankan hidup tanpa adanya perdebatan yang buang waktu, perdebatan yang membuat kita saling pecah. Tidak! Kita sama-sama manusia. Kita harus bisa memanusiakan manusia secara manusiawi.

Sabar, ikhlas, sayang, cinta harus bisa ditanamkan di dalam hati kita. Yang penting adalah gimana caranya kita menempatkan diri kepada Allah SWT. Agar semua jalan hidup yang kita jalani bisa tertuju dengan jelas dan penuh dengan cahaya Allah. Allah maha petunjuk jalan yang benar.


Tuesday, September 4, 2018

Niat karena Allah


Untuk melakukan sesuatu hal adalah sebuah keinginanku sekaligus tujuan hidupku. Sesuatu yang menarik selalu saja aku coba. Hal lain lagi yang bikin tertarik, coba lagi. Begitu penasaranya aku terhadap sesuatu yang baru.

Mungkin ini semua pasti pernah dirasakan oleh semua orang. Selalu tertarik dengan hal yang baru. Ya, persis kaya anak kecil yang memiliki keingintahuan yang tinggi. Tetapi itu semua sirna. Aku merasa ini semua membosankan. That’s so boring. Coba ini, yang ini belum selesai pindah ke percobaan lain. Yang lain belum selesai pindah lagi ke yang lain. Kaya gitu terus hingga aku seakan-akan terjebak dalam lingkaran setan yang ngga ada ujungnya.

Tetapi walau bagaimanapun juga entah kenapa aku tetap ingin berada dilingkaran setan tersebut. Berputar lagi, mencoba nya lagi, try again... again.. and again. Error!.

That’s the point! Hidup itu try and error (kata salah satu guru ngajiku). Dan hidup adalah tempat orang yang tidak menyerah kata Pak Habibie.

Aku terus berfikir gimana caranya keluar dari lingkaran setan dan mencobanya dengan sedikit rapih untuk melakukan sesuatu. Berdoa..... “YaAllah, tunjukkan jalan yang lurus, tunjukkan jalan yang Engkau ridhoi. Izinkanlah aku melakukan sesuatu atas izinmu, aamiinn”

Hari esoknya mencoba lagi sesuai mood. Oh tidak! Sekarang aku malah tidak bisa mengendalikan emosiku. Karena jika perasaan sedang tidak afdhol  aku males. Lagi-lagi aku terjebak!
Gimana ini?! Aku ingin melakukan sesuatu! Sesuatu hal besar. Yang merubah dunia! Let’s try again...

Mengatur waktu. Dijadwalkan hari ini aku dapat melakukan apa saja. Setidaknya ada hal yang bisa tercipta keluar dari ide otakku yang tiada hentinya berfikir. Iya aku seorang pemikir. Sedikit-sedikit mikir. Disetiap kejadian mikir. Naik motor mikir. Ngampus mikir. Sholat mikir. Poop mikir. Aduh aduh kenapa aku jadi begini?!-_-

Tak lain adalah aku selalu mikir yang macem-macem. Diluar aktifitas yang aku sedang lakukan. Sehingga seringkali gagal fokus. Ini benar-benar terjebak di sumur yang dalam dan sangat gelap. Gelap, setiap ingin keluar selalu kepleset!

Ngobrol dengan teman. Teman yang satu frekuensi. Setuju dengan ide-ide untuk melakukan sesuatu hal. Ya lagi-lagi hal besar. Tetapi kembali berfikir. Melihat yang lain sudah melakukan hal besar dan sukses, lalu aku bandingkan dengan diriku yang belum ada apa-apanya. Oh shit! Aku jadi nggak pede. Diam, lalu tidur...

Baca buku motivasi. Berbagai buku aku baca tentang self control. Perlahan mengerti. Akar permasalahan ternyata pikiran. Pikirian yang buruk menghasilkan tindakan dan bicara yang buruk. Masuk ke hukum “Apa yang kita tanam, itu yang kita tuai”. Kita menanam biji apel, yang dihasilkan pasti apel. Nggak mungkin jeruk, kan?

Perlahan mengerti. Sekarang aku mencoba mengatur pikiranku. Perlahan melakukan sesuatu dengan cara membuat sugesti lewat bicaraku yang positif. Aku ingin menulis. Aku ingin membaca Al-Qur’an sehabis sholat fardhu. Aku ingin menghafal Al-Qur’an sehari satu ayat.

Tidak bertahan lama, lagi-lagi aku membandingkan dengan orang lain yang lebih multitalent. Aku membandingkan dengan penulis muda yang hebat. Aku membandingkan penghafal Al-Qur’an yang kuliah di Oxford. Tidak! Sumur gelap lagi!

Di buku terapi berpikir positif karya Dr. Ibrahim Elfiky disebutkan 3 pembunuh. Yaitu mengkritik, mencela, dan membanding-bandingkan. Ketiga itu adalah pembunuh berkarat yang akan terus bersarang di pikiran jika kita terus memikirkannya.

Ya masalah datang ketika kita memikirkan masalahnya. Sekarang aku mencoba untuk tidak memikirkan yang membuang waktuku untuk melakukan sesuatu. Perlahan perhatianku fokus terhadap apa yang aku fokuskan. Lalu berdoa “YaAllah, berikanlah aku rizky ilmu yang bermanfaat. Rizky yang bisa membawakan aku selamat dunia dan akhirat”.

Arah keluar sumur semakin jelas. Namun sesuatu terjadi lagi yang membuat aku kembali kepleset  di sumur gelap ini. Tanpa sadar, aku melakukan sesuatu hanya ingin dipandang hebat, keren, dan menjadi sosok pria yang selalu menjadi kagum para wanita. Terlebih wanita sholehah.

Berdoa lagi “YaAllah, ampunilah dosa-dosaku. Ampunilah dosa kedua orang tuaku. Ampunilah dosa-dosaku terhadap kedua orang tuaku. YaAllah, jadikanlah aku menjadi hamba yang pandai bersyukur dan pandai memohon ampun. Aamiin”

Akhirnya aku benar-benar melihat cahaya dari lorong yang dalam dan gelap ini. Ya! Aku harus melakukan sesuatu, segala sesuatu apa yang aku inginkan hanya karena Allah SWT. “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan” [Qs; Al-Fatihah; 5].

Aku mengerti, semua sudah diatur oleh Allah SWT. Allah berkuasa atas kehendak-Nya. Segala seusatu hanya milik Allah. Allah memberikan ujian sedih bahagia ya hanya untuk kembali kepada Allah. Sholat dan berdoa.

Niat karena Allah penting banget dalam kehidupan kita. Untuk bisa menuju jalan yang lurus dan jalan yang di ridhoi-Nya. Dan yang pasti segala sesuatu yang kita lakukan harus bisa bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.

Kalo niat nya udah karena Allah, nggak akan ada lagi tuh cemas, khawatir, mencela, membanding-bandingkan. Mau cape, pusing, males juga ya karena Allah. Orang lain nggak  akan memperhatikan apa yang kita rasakan. Hanya Allah semata yang tau. Akhirnya kita akan menjadi selalu tenang jika masalah yang bertubi-tubi datang.

Monday, September 3, 2018

Cinta yang tepat


Hey kamu, semakin aku mengingatmu semakin aku melupakanmu. Semakin aku mencoba melihat wajahmu di dalam bayangan fikirinku semakin aku melupakan itu. Gatau, gatau kenapa ini terus terjadi. Aneh. Iya sangat aneh sekali.

Kamu disana terlihat bahagia. Bahagia dengan senyumanmu disepanjang hari. Bahagia dengan tertawamu bersama teman-temanmu. Bahagia dengan berkumpul bersama keluargamu. Iya, aku hanya mengingatmu ketika kamu bahagia dan itu semakin aku membiarkannya karena ya kamu sedang berbahagia. Aku tidak boleh mengganggu. Karena ketika kamu bahagia, akupun bahagia. Cukup dengan merasakanya. Sangat cukup.

Wajahmu selalu aku baca sesuai isi hati. Bahasa tubuh, komunikasi, hingga caramu untuk menjalankan hidup cukup mencerminkan bahwa dirimu bisa menjadi sosok Ibu yang baik. Iya, gatau prediksiku seakan-akan tepat dan meyakinkan. Oh tidak, aku sekarang menjadi peramal.

Sosok ibu dimataku adalah sosok yang bisa menyayangi sebuah keluarga dengan sepenuh hati tanpa pamrih. Suka duka dijalani. Terus menerus sampai benar-benar sebuah kenangan yang tidak bisa dilupakan. Rasa kasih seperti matahari menyinari bumi tanpa minta disinari kembali. Nah tepat, aku merasakan itu. Aku bisa merasakanya di matamu, bahasa tubuhmu, bahkan isi hati kecilmu. And no! I’m really like a fortune teller.

Nalurimu tidak ada habis-habisnya membuatku terus tertembak dalam sebuah lorong gelap yang sunyi. Sunyi sepi, Cuma ada naluri keibuanmu yang aku rasakan.

Saat kamu jatuh sakit, lorong gelap itu tiba-tiba terang dan aku berusaha keluar dan menemukan jalan keluar. Ya! Jalan keluar itu adalah jalan aku nggak bisa tinggal diam. Aku harus menyelamatkanmu. Aku khawatir. Aku nggak mau kamu terluka. Atau bahkan tersakiti.

Sekarang aku mengerti. Semua ini adalah skenario Tuhan. Aku bisa merasakan cinta yang tidak berlebihan selain menumbuhkan cinta ku kepada sang pemilik cinta, yaitu Tuhanku Allah SWT. Allah menggerakkan semua apa yang aku rasa sesuai takaran-Nya.


And this is a life. Life is Journey. Hidup adalah usaha tanpa batas. Allah SWT menentukan segala hasil apa yang kita usahakan. Tanpa pusing dan setres kita memikirkan hasil berhasil atau tidak. Bisa atau tidak bisa. Mampu atau tidak mampu. Jalan Allah terbuka lebar ketika kita menumbuhkan rasa cinta kita sepenuhnya kepada sang pemilik cinta.

Let's Do It


Hari demi hari aku jalani. Terus berjalan. Pusing. Oh tidak aku berfikir bahwa aku pusing, dan sekarang makin pusing karena terus kepikiran pusing tadi. Seterusnya sampai akhirnya aku tidak melakukan apa-apa.

Kebanyakan dari kita yaitu tidak pernah berusaha untuk mencoba menghadapi sebuah tantangan. Oh iya itu tantangan, gimana cara menyelesaikanya, strateginya bagaimana, lalu hasilnya bakal seperti apa. Helloww! Where your action?!  Don’t think! Just do it!. Ya itulah yang harus benar-benar kita lakukan yaitu melakukan. Do it!!. Oh tidak sekarang aku benci berfikir. Tidak tidak tidak sekarang aku benar-benar hilang kendali. Pusing. Tidur...........................

Manusia mempunyai hawa nafsu. Ia datang dan pergi. Hawa nafsu ingin maju datang, kemudian pergi. That’s the point! Ketika hawa nafsu ingin maju datang kesempatan kita hanyalah sangat sedikit untuk bertindak sebelum ia pergi. Maka dari itu Let’s do it, don’t thinking. Begitupun hawa nafsu semangat, ia datang dan pergi. Gila kesempatan ini datang sangat kecil.

Ada cara untuk menjaga semangat jika kita gampang fokus/konsentrasi terhadap apa yang kita fikirkan. Nah semangat itu akan terjaga sesuai dengan konsentrasinya. TETAPI jikalau konsentrasi kita mudah sekali terailihkan maka cobalah untuk melakukanya sedikit demi sedikit. Ya,lakukanlah sesuatu yang di inginkan sesuai kadar semangat yang datang. Lakukan dan terus lakukan. Sedikit demi sedikit. Perlahan konsisten.....

YEAH! I GOT IT!